"itu bagus kan. sebab ini negeri dirusak oleh mereka, yang di dadanya tak ada cinta bersemi" ujarku kepada kawanku yang pakar kritik. tapi ia tetap saja tak puas. ia terus mengarungi malam. di tangannya secarik kertas berisi daftar nama-nama yang baginya, mulutnya selalu berdusta
"ya, sudahlah kawan. tak usah pusingi mulut mereka. niatnya mulia. biarlah waktu menghukumi. mulut siapa yang berkata dari jiwa sadar ke mulut mengalir keperbuatan. mulut siapa yang berkata dari ambisi hitam ke mulut, buntu diperbuatan," kataku kepada kawanku sebelum beranjak pergi
(catatan langit, 18 juni 2019)