Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Tak Butuh Janji, Tak Butuh Kata Puitis

22 April 2019   06:00 Diperbarui: 22 April 2019   07:07 99 7
Pagi ini aku duduk di teras rumah. Menghadap cakrawala dengan segala keindahannya, ditemani kopi hitam hangat yang kuseduh bersama senyum terbaikku. Tak usah tanya tentang mentari, ia selalu setia bersinar menemani hari-hariku.

Tiba-tiba air kopi dalam gelas gemulai menari, karena getaran handphone kecil didekatnya. Oh, ternyata belahan jiwaku yang jauh di sana menelpon, ia memintaku bertanggung jawab atas segala kesepian dan rindu yang melandanya. Aku pun menenangkan gejolaknya dengan janji.

"Sabarlah manisku, akhir pekan ini aku akan datang membawakan sekeranjang rindu untukmu" ia diam lalu tegas menolak tawaranku. Kutawarkan sebaskom rindu, ia tolak. Kutawarkan sekarung rindu, ia pun tolak. Kutawarkan segudang rindu, ditolak lagi.

"Sabarlah sayang, aku akan datang membawa segunung rasa rindu untukmu" lagi-lagi ia menolak. Dengan lirih suaranya terdengar: "Aku tak butuh janji manismu. Aku tak butuh kata puitismu. Aku hanya butuh kehadiranmu, titik".

(Catatan langit)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun