Tiba-tiba air kopi dalam gelas gemulai menari, karena getaran handphone kecil didekatnya. Oh, ternyata belahan jiwaku yang jauh di sana menelpon, ia memintaku bertanggung jawab atas segala kesepian dan rindu yang melandanya. Aku pun menenangkan gejolaknya dengan janji.
"Sabarlah manisku, akhir pekan ini aku akan datang membawakan sekeranjang rindu untukmu" ia diam lalu tegas menolak tawaranku. Kutawarkan sebaskom rindu, ia tolak. Kutawarkan sekarung rindu, ia pun tolak. Kutawarkan segudang rindu, ditolak lagi.
"Sabarlah sayang, aku akan datang membawa segunung rasa rindu untukmu" lagi-lagi ia menolak. Dengan lirih suaranya terdengar: "Aku tak butuh janji manismu. Aku tak butuh kata puitismu. Aku hanya butuh kehadiranmu, titik".
(Catatan langit)