Bersenjatakan kata dan megaphone, Daeng Jarre seperti memberontak dengan teriakan-teriakan protesnya. Sontak wajah murka wakil rakyat pun menyambut yang saat itu dibentengi aparat keamanan berjejer rapi.
Daeng Jarre meminta keberpihakan, tentang kezaliman sejumlah pejabat kampung; melahap raskin, pengurusan tanda tangan yang sulit, dan kenaikan tarif air ledeng. Emosi wakil rakyat pun mulai reda dan dialog digelar.
Akhirnya Daeng Jarre pulang menggenggam janji penuntasan. Hingga waktu terus berputar, hari demi hari, minggu ke bulan. Wakil rakyat pun tak pernah datang. Kezaliman pun abadi.