Langkahku tak henti di bawah kolong langit. Berjalan menyusuri butir-butir hujan yang menusuk wajahku dan di jalan aku bertemu dengan wajah-wajah penerus kekuasaan menghuni pohon rindang. Indah terpajang memanjangkan harapan. Aku terus menggunyam, lalu menggerutu di tengah amukan petir. Dalam diam pikiranku melayang, mengukir protes di awan.
Bahwa tebaran janji palsu harus dihentikan. Politik murahan harus dibebaskan dari sangkar egoistis menuju politik altruistis. Dan atas nama pembangunan, roda ekonomi tak boleh melindas rumah-rumah kumuh, gubuk-gubuk para gelandangan dan anak-anak jalanan. Tak boleh memutus urat nadi kehidupan orang-orang miskin.
Aku bersumpah, kebenaran yang kugoreskan, bukanlah sekadar kritik kosong. Untuk kemajuan negeriku, aku pun bersumpah tak akan pernah lengah, meneriakkan gema perlawanan di lorong-lorong kekuasaan. Tak akan berhenti menulis bait-bait perlawanan, sebagai pengingat kepada mereka yang lupa.
(Catatan langit)