Ada yang menetap di jalanan, ada yang pergi di saat senja datang, ada yang pulang di saat malam kelam memeluk tubuh jalanan. Dan esok kembali lagi memasuki siklus.
Orang-orang miskin di jalanan, hidup matinya di jalanan. Nasibnya selalu sama; kerap dimarjinalkan, dipandang sebelah mata oleh orang-orang di balik tembok megah.
Namun di waktu tertentu, mereka acap kali dijadikan proyek dan angka-angka penentu kemenangan dalam suatu pertarungan politik.
Terimalah kebenarannya, orang-orang miskin di jalanan adalah tolok ukur melihat laju pembangunan. Jangan katakan negeri sudah makmur, jika orang-orang miskin masih tumpah ruah di jalanan mencari hidup.
(Catatan langit, 03/03/19)