Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Cok Sawitri, Seniman yang Tidak Pernah Berhenti Berkarya

10 November 2012   12:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 1217 1

maka,

Tanah terbelahlah.

aku pulang menyeru padamu, Ibu

Setra Gandamayu pun hening

membisulah semua pohon

bila ditanya ke mana mereka pergi

ke masa depan……

(Novel Jandadari Jirah,Cok Sawitri)

Ide dan kreatifitas beliau didunia seni seakan tidak pernah ada habisnya. Karya –karya beliau antara lain Meditasi Rahim (1991), Pembelaan Dirah (1996), Puisi Ni Garu(1996),Permainan Gelap Terang (1997),Monolog Pembelaan Dirah (1997),Hanya Angin, Hanya Waktu (1998),Puitika Melamar Tuhan (2001),Anjing Perempuanku (2003),Aku Bukan Perempuan Lagi (2004),novel Janda dari Jirah (Juni 2007), PuisiKering (Gadis di Bawah Pohon Ara) (2008), Rumah Ikan Asin (2008)Rum,Akhirnya Hatinya Patah (2009), dan masih banyak karya beliau lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, Jika anda ingin menikmati karya beliau silahkan mampir ke coksawitrisidemen.blogspot.com .

Salah satu novel beliau yakni Janda dari Jirah masuk nominasi penghargaan karya sastra bergengsi yakni Khatulistiwa Literary Award (KLA) 2007. Suatu pencapaian prestasi yang sangat luar biasa. Penulis sendiri berkenalan dengan seorang Cok Sawitri dalam sebuah kompetisi teater antar SMA tahun 2011 lalu. Sosok yang penulis bisa tangkap bahwa seorang Cok Sawitri adalah sosok yang humoris, santai dan terkadang serius. Di Tahun 2011 pula Cok Sawitri menerbitkan novel berjudul Tantri,Perempuan yang Bercerita. Novel ini menyuguhkan penggalan-penggalan fable yang mengandung keteladanan soal bagaimanan sepatutnya kita menghargai dan menjalani hidup. Karya-karya yang beliau ciptakan selalu berisikan pesan moral sehingga para penikmat seni dapat memahami secara lebih dalam karya beliau.

Cok Sawitri aktif pula di beberapa organisasi diantaranya sebagai pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali ditahun 1997 dan Kelompok Tulis Ngayah ditahun 1989. Beliau juga tercatat sebagai salah satu dari penasehat The Parahyang untuk majelis Desa Pekraman atau desa adat) di Sidemen, Karangasem, Bali. Penulis yang pernah mendengar langsung pembacaan salah satu puisi yang beliau ciptakan sempat merinding sebabmimik beliau sangat menjiwai sekali dan luar biasa. Tanggal 3-7 Oktober 2012 kemarin beliau juga menjadi juri diajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) yang berlangsung di Pura Dalem Ubud Gianyar,Bali. Seorang seniman memang tidak pernah ada kata berhenti untuk berkarya. Berkarya terus untuk Bangsa ini, Bangsa Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun