Selama ini geliat pembangunan kota dengan citra global coba ditampilkan dengan penataan anjungan losari, revitalisasi karebosi dan pembuatan masjid terapung pertama di Indonesia dan para penyokong visi ini, berkeyakinan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi kota Makassar yang mencapai 9,5 persen, semua visi tersebut dapat terwujud. Namun demikian, tidak sedikit pula yang menyangsikan sekaligus menjadikannya sebagai dagelan politik, sebab faktanya angka-angka bombastis tidak selalu bersinergi dengan fakta lapangan bahwa tingkat kemacetan, kemiskinan, hingga penataan kota makassar dapat dikatakan sangat buruk sekaligus menyedihkan. Tentu situasi ini menyadarkan kita bahwa membangun kota dunia tidak sempit soal gambaran ciri infrastruktur yang menonjol tetapi menurut Patrick Geddes, ketika menganggas world city pada tahun 1915, harus pula mempertimbangkan kriteria world city lainnya, misalnya ciri ekonomi, ciri politik, serta ciri budaya .Dan untuk menguji ktiterium tersebut, perlu diuji tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas yang ada, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, sejauh mana sebuah kota telah menjadi tempat yang layak bagi penghuninya termasuk bagi anak-anak.
KEMBALI KE ARTIKEL