Awalnya kita terkesan terlalu congkak - terlalu yakin bisa mengganyang Malaysia - tidak salah sih kita semangat yakin menang. Kita berarti optimis. Tapi kesannya kok terlalu berlebihan yah?
Lihat saja di segala macam media entah di internet atau di koran dan majalah. Banyak yang bilang "Unyil-Usro pasti bisa mengalahkan Upin-Ipin" ehm....sebenarnya...yang nulis atau bilang itu mikir nggak sih? Tokoh Unyil dan Usro - tokoh boneka dari Indonesia itu populer sekitar tahun '80-an sedangkan Upin-Ipin alias tokoh kartun dari Malaysia populer kira2 sejak 2005. Berarti Unyil-Usro sekarang udah tua yah melawan Upin-Ipin yang masih 'fresh' wajar aja sekarang skornya jadi 3-0 itu artinya senjata makan tuan. Akibat omongan kita sendiri. Kita termakan omongan sendiri...tanpa kita sadari...
Sekarang sesuatu ...apapun itu..yang berlebihan memang tidak baik.
Kita sebelumnya sering banget di berita menayanngkan masa depan Timnas saat final sebelum kejadian...sampe-sampe pake istighasah dan dzikir bersama segala, nah yang belakangan di sebut ini memang berlebihan. Sebenarnya buat apa sih kita melakukan istighasah dan dzikir bersama untuk sepakbola? Sepertinya kita semua lupa - sebagai bangsa yang mayoritas Muslim - bahwa sepak bola termasuk olahraga yang makruh?
Sejarah lahirnya olahraga sepakbola adalah setelah masa khulafaur rasyidin ada seorang tokoh (lupa namanya) yang dipenggal kepalanya kemudian kepalanya ditendang2 oleh kaum kafir dari satu kaki ke kaki orang kafir lainnya. Itulah awalnya terjadinya olahraga sepak bola. Oleh karena itu sepak bola dalam Islam termasuk makruh (bukan haram), olahraga yang halal adalah berkuda, berenang, naik gunung dsb. Nah...kalau begitu kenapa dilakukan istighasah segala padahal dulu ada tokoh kita yang menjadi korban dalam "sejarah persebak bolaan"?
Dan sekarang..giliran sudah bermain kita tetap emosi. Lebih emosi daripada pemainnya. Sebelumnya para suporter emosi karena sombong yakin menang, sekarang emosi karena sudah kebobolan gol.
Yang dapat meredam emosi dalam bermain dan sportif sebaiknya tidak hanya pemain. Tapi emosi suporternya juga bermain peran penting.
Kalah-menang itu biasa.
Yang luar biasa itu mengakui kemenangan lawan.
Bangsa yang besar adalah yang rakyatnya berjiwa besar.
Bila kalah, jangan terlalu sering menghujat, justru kasihan pemain kita yang sudah susah payah.
Dalam hidup selalu ada yang kalah dan yang menang.
Jangan kecil hati bila kali ini kita kalah....
Siapa tahu....
Empat tahun lagi kita bisa ikut Piala Dunia
Dan menyanyikan Indonesia Raya...