Di lain pihak, ilmu biologi pun juga telah melakukan terobosan yang sangat signifikan. Penemuan struktur DNA oleh Watson-Crick telah membuka jalan bagi pemecahan sandi kode genetik makhluk hidup. Pemecahan sandi genetik tersebut, telah melahirkan cabang ilmu biologi yang secara khusus mempelajari proses biologi dalam level molekul, yaitu biologi molekuler. Ilmu baru ini telah menghasilkan banyak 'keajaiban' dunia modern. Rekayasa Genetika, yaitu memodifikasi materi genetik di tingkat sel, menjadi sesuatu yang mungkin dan telah dipraktekkan dalam banyak lini. Vaksin dan obat baru telah diproduksi berdasarkan prinsip biologi molekuler. Walau mengundang banyak kontroversi, hasil pertanian berbasis rekayasa genetika telah hadir di pasaran. DNA forensik menjadi ilmu bantu yang penting untuk mengidentifikasi suspect teroris atau kriminal.
Adapun, biologi molekuler mulai menghadapi permasalahan manajerial data. Hasil eksperimen laboratorium (PCR, Micro Array, dll) telah dihasilkan dalam jumlah besar. Namun, pada awalnya belum ditemukan metoda untuk mengkonversi data-data eksperimen tersebut menjadi informasi yang berguna. Aplikasi yang ada, seperti aplikasi produktivitas kantor, sama sekali tidak cukup untuk menghasilkan informasi tersebut. Diperlukan aplikasi yang lebih spesifik, untuk memanajeri data-data biologis, agar menjadi informasi yang berguna. Dari kebutuhan tersebut, bioinformatika lahir sebagai ilmu yang baru.
Secara definisi, bioinformatika adalah gabungan ilmu komputer (IT) dan biologi. Seperti yang telah disebutkan diatas, tugas utamanya adalah untuk mengkonversi data-data eksperimen laboratorium biologi menjadi informasi yang berguna. Info tersebut bisa berupa teori riset dasar, seperti mekanisme kerja protein, atau mekanisme evolusi DNA. Namun bisa juga berupa hal yang aplikatif, seperti desain vaksin dan obat yang baru. Sebagai ilmu baru, ia memerlukan penguasaan yang kuat terhadap IT dan Biologi. Di Jerman, secara organisasi, kelompok riset Bioinformatika tetap berada dibawah Departemen Ilmu Komputer. Namun, secara kurikulum memasukkan banyak sekali mata kuliah dari Fakultas Biologi.
Prospek karir ahli Bioinformatika sangatlah cerah. Di Jerman, industri farmasi menggunakan jasa pakar Bioinformatika untuk keperluan desain molekuler dari produk kesehatan mereka. Lembaga Eijkman memiliki lab bioinformatika. Sementara, berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah memulai memiliki kelompok riset bioinformatika. Informasi genomik dan proteomik yang berlimpah hanya bisa diolah oleh seorang ahli bioinformatika. Mengapa? Sebab untuk meng'oprek' data yang sangat besar seperti itu, hanya orang dengan latar belakang IT yang bisa melakukannya. Itupun yang memahami landasan biologisnya. Jika hanya memahami IT, namun Biologi tidak paham, atau memahami biologi, namun IT tidak paham, maka akan sangat sukar untuk memasuki bidang ini. Oleh sebab itu, kurikulum yang khusus mendidik pakar bioinformatika sudah seharusnya dipersiapkan. Singapura dan Malaysia, dua negara tentangga kita, telah memiliki program studi Bioinformatika, sama dengan di Jerman dan negara Eropa lainnya. Kedepannya, diharapkan Indonesia akan mengikuti jalur yang sama.
Demikian sepintas sharing saya mengenai Bioinformatika. Mengenai detail yang lebih jauh, akan saya share di artikel lain. Saya terbuka terhadap masukan dan sumbang saran. Terima kasih.