Apakah OPM " gadungan " itu hendak minta makan ke bos golkar tersebut atau tidak, tra tau juga. Yang jelas, dari Timika sudah terindikasi adanya keinginan para penembak misterius ( petrus ) yang selama ini tembak-tembak di areal freeport, mereka minta jatah berupa uang ke Freeport.
Penyerahan atau menyerahkan diri dari orang-orang yang mengaku pejuang Papua merdeka merupakan isu yang heboh di Jakarta. OPM datang ketemu Aburizal Bakri bukan hal baru. Nikolas You dan Nick Messed sudah membuka jalan itu. Mungkin itu yang di tiru mereka yang sekarang ini datang dan diantar anggota DPR RI asal Papua itu. Pertanyaan saya, sejak Messed dan gerbongnya ke Jakarta, apakah masalah Papua berakhir?. Justru meningkat.
Berbagai dukungan dalam negeri maupun luar negeri meningkat. Kasus Tank Leopard Belanda merupakan satu contoh pemerintah Indonesia dapat pukulan berat gara-gara Papua Merdeka di dukung di Belanda. Maka itu, sudahlah jangan cari muka demi kepentingan 2014 semata. Golkar cari muka dengan OPM, hal yang sama dengan mereka yang tembak-tembak di freeport hanya untuk ingin dapat jatah uang.
Penembak misterius di areal freeport seperti pengakuan mabes polri merupakan komplotan orang-orang yang mahir tentang persenjataan. Tak kalah dengan para politisi di Jakarta yang juga mahir bermain di air keruh. Kelakukan dan watak sejati kapitalisme sudah merasuk sendi-sendi sebagian pejabat negara hari ini.
Papua terus saja di eksploitasi sana-sini. Secara fisik kita tahu kekayaan alam Papua di sedot, lalu secara politis pula di sedot, waduh, kasian neh Papua dalam NKRI kian merana, terus terombang ambing tanpa kepastian hidup yang jelas.
Pelaku penembakan di arel PT Freeport Indonesia sebenarnya mau minta “jatah” ke pihak Freeport, karena itu mereka buat konflik atau aksi-aksi penembakan agar segera mendapat respon, jika operasi perusahan aman-aman saja, tentu mereka tidak akan dapat jatah dari perusahan. Demikian penegasan Diaz Gwijangge, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ( DPR RI) dari fraksi Partai Demokrat, ketika menghubungi Suara Papua, tadi malam, Jumat (10/02 ).
Diaz meneguhkan sikapnya beberapa waktu lalu bahwa soal penembakan, biarkan freeport yang menjawab. Nah, kali ini menurut mantan pejuang LSHAM Papua ini bahwa, para penembakan juga kecewa karena tuntutan sekitar 12.000 buruh karyawan Freeport sudah di jawab pihak manajemen Freeport. “Buruh sudah dapat jatah dengan kenaikan gaji sekitar 16%, bagaimana dengan mereka (pelaku penembakan), tentu mereka juga ingin mendapatkan jatah dari manajemen, tapi dilakukan dengan cara menembak dan membuat keribuatan disekitar Freeport,” urai Diaz.
Golkar cari muka dengan petrus minta jatah ke freeport punya kemiripan. Partai politik di Papua, mau ingin menang pemilihan, mereka cenderung pakai isu Papua merdeka. Praktik golkar hari ini hanyalah hal nyata dari partai politik lain yang juga pakai cara yang mirip.
Ada beberapa kandidat bupati yang berhasil di pilkada, baik kabupaten maupun provinsi, mereka bikin isu bawah tanah bahwa kalau saya menang nanti Papua merdeka. Ada yang iming-iming kasi senjata ke OPM. Yoris Rweyai yang sekarang antar pentolan OPM ke bosnya itu, pernah tipu OPM di Paniai bahwa dia akan kirim baju tentara OPM. Dengan permintaan itu, OPM Jhon Yogi kasi uang 2 milyar. Eh, ternyata yang dirim kesana itu atribut satgas Pemuda Pancasila.
Dia juga berhasil masuk dalam kepengurusan inti Presidium Dewan Papua ( PDP ). Entah yang dilakukan dia hanya sebatas wakil rakyat Papua atau sekedar cari muka, yang pasti, cara mereka itu ( cari muka ) gagal dan tidak bisa dijadikan patokan untuk menganggap bahwa masalah Papua bisa selesai di bawah komando golkar.
Menarik sudah, bila saya telusuri lebih jauh lagi tentang siapa sih yang minta jatah ke freeport?. Bicara soal jatah, tentunya banyak jatah disini. Ada jatah pengamanan, jatah untuk bos besar di jakarta, jatah untuk jenderal dan jatah merupakan sesuatu yang diberikan tanpa prosedur resmi negara. Polisi dapat jatah diluar UU dengan tiap bulan menerima 1,25 juta tiap bulan. Itu yang resmi, belum lagi uang liar untuk petinggi di Jakarta atau Papua sebagai kado terimakasih karena sudah menjadi budak keamanan di freeport.
Pada Januari silam, TNI Minta Dililbatkan Dalam Pengamanan Freeport. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, melihat luas wilayah Freeport, ada kelemahan dalam pengamanan kepolisian. "Sebagai mana kita ketahui (kawasan pertambangan) Freeport panjangnya 50 ribu kilometer, menjaga seluas itu tidak mudah, dan mungkin selama ini posisinya seperti itu," ujar Panglima TNI Laksamana TNI AL AgUS Suhartono di Mabes Cilangkap, Jakarta, Rabu (18/1).
Jatah kekuasaan dan uang dari isu Papua memang tak bisa habis. Lihat saja, kasus penembakan di Puncak Jaya, aparat susah menemukan pelakunya lalu kembali bikin isu sana sini. Aparat dengan argumen mereka tentang pelaku penembakan di puncak jaya, terakhir mereka maen prediski atau orang Papua bilang " tarukira" saja, ada yang bilang kemungkinan penembak tersebut anak buah Goliat Tabuni. Lalu prediksi yang sama dilakukan terhadap penembak misterius di areal Freeport. Aparat sebut adik dari Alm. Kelly Kwalik berada di balik insiden penembakan freeport.
Militer di Indonesia ini sudah sama seperti para pengamat saja. Sesuatu masalah di ungkap dengan logika tarukira atau prediksi tentang pelaku, tanpa menunjukan bukti falid. Itu juga yang dipraktekkan oleh elit politik di Jakarta. Mereka anggap penyerahan pentolan OPM merupakan wujud dari kerja partai mereka bangun Papua. Eh, kalian semua yang " baku tipu " soal Papua, bahwa kapitalisme yang merupakan platform bagi imperialisme itulah sesungguhya masalah Papua. Jadi stop cari sensasi murahan sudah. Diskursus soal OPM atau semacamnya hentikan semuanya, selamatkan Papua dari bedil freeport lebih baik daripada sekedar kejar-mengejar tentang OPM dst.