Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Pabrik Sagu di Antara Freeport, BP Migas, MIFEE dan HPH

27 Januari 2012   15:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:23 1103 0
Memandang hutan sagu di pesisir Timika yang sudah kering, saya terharu dan menyesal sekali. Limbah freeport yang mengandung merkuri bikin kering pepohonan yang tumbuh, termasuk sagu. Penduduk setempat mencari sagu harus berjalan sejauh puluhan kilo meter untuk mendapatkan sagu yang masih segar untuk di tokok ( di olah secara tradisional ). Kesedihan pun mencuat seketika melihat suku Nebes di Aranday ( lokasi sumur minyak BP ), mereka merakit potongan sagu yang didapatnya dari jauh untuk didatangkan ke tempat hunian mereka. Pabrik sagu milik PT. Jayanti Grub di distrik Arandey misalnya, semasa jayanya, jutaan pohon sagu di tebang begitu saja tanpa penanaman kembali. Pabrik tersebut kemudian membuka lokasi hunian baru yang terkenal. Sejak beroperasi tahun 1980an, kota dan keramaian muncul di sana. Bar dan diskotik, pembukaan kampung-kapung baru, pusat urbanisasi penduduk kota ke daerah ini begitu tinggi. Sayang, pabrik tersebut kini tinggal bangkai saja sejak reformasi 1998 menurunkan Suharto dan kroni-kroninya. Kampung-kampung di sekitar distrik Arandai, sebelum masuknya BP menjadi sunyi senyap.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun