Mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) yang tewas setelah melakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara pada rabu 7 Desember 2011, seperti tulisan saya sebelumnya. Bertahan selama tiga hari dengan luka bakar 99 persen, akhirnya pada sabtu 10 Desember 2011, Sondang meninggal dunia. Sondang sudah dimakamkan. Sementara itu selama hidupnya, Sondang dikenal sebagai sosok aktivis yang kerap terlibat dalam berbagai upaya advokasi pelanggaran HAM. Sondang sendiri adalah Kordinator Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenis Muda untuk Rakyat dan Bangsa Indonesia (Hammurabi).
Selain mahasiswa Universitas Bung Karno, beberapa tokoh aktivis pun terlihat hadir memberikan penghormatan terakhir bagi sosok Sondang di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.Aktivis yang hadiri di antaranya, Ketua Dewan Pengurus Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid dan Staf Divisi Advokasi Kontras, Chrisbiantoro, Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ridha Saleh, aktivis Komite Bangkit Indonesia, Tavina dan beberapa aktivis lainnya.
"Saya hadir di sini karena merasa empati dan simpati kepada Sondang. Saya ingin menunjukkan solidaritas kami sebagai sesama aktivis. Ini adalah awal. Perjuangan Sondang harus kita lanjutkan. "Kematian Sondang membuat kesedihan mendalam bagi pergerakan di Indonesia, khususnya di Jakarta. Pengibaran bendera setengah tiang adalah bentuk penghormatan yang pantas atas pengorbanan yang dilakukan Sondang," kata Ketua Dewan Penyantun UBK, Rizal Ramli kepada Inilah.com
Universitas Bung Karno ( UBK ) menyematkan tanda kehormatan kepada sang pahlawan perubahan. Alm. Sondang diberi gelar Sarjana Kehormatan sekaligus patriot perubahan. Gelar yang pantas diberikan. Sondang memilih jalan revolusioner dengan bakar diri, sebagai ungkapan keprihatinan terhadap persoalan ketidakadilan, yang terus menerus terjadi di negeri ini tanpa solusi yang tegas dari para penguasa.
Penguasa neoliberal memang jauh dari kepekaan akan persoalan rakyat. Pemerintahan kapitalisme hanya mau bergegas menangani kebutuhan pasar ekonomi saja. Tetapi, suara hati nurani rakyat diabaikan begitu saja. Susilo Bambang Yudhoyono diminta buka hati dengan kejadian bakar diri di depan istana. Pemimpin harus peka dengan kemanusiaan, karena manusialah yang memilih anda jadi presiden, bukan mesin industri freeport yang milih.