Beberapa kali aku harus mengusap airmataku yang turun satu-satu. Tangisku tidak sepecah saat Arini, ibuku, meninggal 2 bulan yang lalu. Namun, berada di sisi pembaringan terahkir ibuku, walau sudah ratusan kali tetap saja mengundang pilu. Ditemani Gustaf, sepupuku, aku menyiramkan air yang ditempatkan pada botol bekas minuman mineral seukuran 1500 ml, satu plastik kecil bunga melati tergenggam erat di tangan kiriku. Keduanya kini telah membaur di pusara ibu.
KEMBALI KE ARTIKEL