Mohon tunggu...
KOMENTAR
Drama

Balada Uang Bau dan Kang Pepen di Negeri Dongeng

4 Januari 2012   02:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 252 3
"Warga kampung mukanya kumal, di basuh air sungai limbah buangan" tutur Kang Pepen (25) setengah bersajak siang tadi saat saya temui di warung rokok Bik Elah. Glek. Glek. Glek. Sebotol minuman dingin merk Au Ah Gelap hanya beberapa detik saja tandas di lambung Kang Pepen yang sedikit tambun. Siang itu; tudung langit di kampung Ah Eh Oh terangnya serupa langit yang payungi kaki cakrawala berkabut pasir di samudera luas sahara yang panas. Sama panasnya dengan ruang kalbu terdalam Kang Pepen; lantaran selama ini, tuntutannya atas kompensasi pencemaran (saya sebut ini : Uang Bau) hak warga setempat hanya dipandang sebelah mata yang belekan oleh pihak perusahaan. Dan minuman merk Au Ah Gelap itu; kini bagai oase hijau hasil ilusi optik akibat fatamorgana stadium akut yang tak mampu menyejukan bara emosi di hati Kang Pepen.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun