...Dan selamanya (merdeka) akan terus terdengar di halaman cinta negeriku. Di sini : Di Nagari elok beratap canda di kepak kicau bebas berkibar. (Anak kecil menangis ; jatuh kakinya teredam akar kokoh pohon-pohon kedamaian. Kawan-kawannya tertawa. Ayah Ibunya mengulum senyum bahagia ;
"Bangunlah Nak. Kau kuat" ucap mereka). Hampar ladang hijau sawah berbukit ayu mengalir : Hujani sejuk embun tetaskan gertap rindu dari letihnya sumpah serapah (Ibu kota yang keruh). Suara-suara luka mengejar (Musnah) : Di tanah merumput sayup indah merdu seruling dedaunan ; Berkuncup rimbun warna kupu-kupu anggun. Di ujung langit terdekap; sembilan pelangi merobek mata telaga : Bergelitik di lantak teriak metaforik anak negeri di jernih kecipak muara sungai dan lumut membatu dalam potret merah putih pembangunan terjauhkan. Dari potret hitam putih pembangunan melupakan...
"Ini desaku. Ini halamanku. Ini tanah airku. Selalu kami ingin seperti itu. Jangan kalian cemari dengan kebusukan hati bermulut kotormu"
KEMBALI KE ARTIKEL