Mohon tunggu...
KOMENTAR
Dongeng

Kisah Seniman Alam

7 November 2013   17:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:28 71 0

Senja mulai datang menghampiri,dan hujan pun turun membasahi hening nya malam. Dingin,sepi dari kehidupan manusia. Hanya terdengar suara rintikan air yang jatuh dari langit. Tak helak suara katak di luar sana ikut andil dalam meramaikan malam ini. Atau mungkin hanya sekedar menghibur kesepian yang saat ini mendera ku. Tak ada aktifitas manusia di luar sana,mungkin para petani itu sedang termenung sambil memandang ke luar rumah. Seolah menghitung rintikan air hujan yang masih saja turun,atau mungkin mereka sedang berbicara pada tiap tetes air hujan itu. Menyampaikan isi hati,meluapkan emosi atas kejam nya kehidupan yang selalu dan terus menaungi hari-harinya. Tetapi apakah mungkin suara hati mereka di dengar? Tidak, karena air hujan itu juga sedang mengeluh karena tidak bisa menginspirasi mereka yang selalu termenung. Petani yang malang... Masa panen yang seharusnya di rayakan dengan kebahagiaan,dengan kegembiraan,dengan penuh harapan,seketika hilang semangat se sa’at setelah mereka tau bahwa semua hasil panen mereka tidak laku di pasaran. Karena pemerintah yang egois import barang dari luar. Dan tengkulak hanya membeli hasil panen dengan harga murah. Mereka tak punya pilihan selain berpasrah pada para tengkulak itu,karena di rumah anak dan istri sudah menunggu. Ya inilah kenyataan yang harus di hadapi para petani sekarang. Kebutuhan hidup yang melonjak tak seimbang dengan hasil panen yang di dapat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun