Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Penjara Rindu Maratua

26 November 2023   23:08 Diperbarui: 26 November 2023   23:11 127 0
Penjara Rindu Maratua

By Ariya Hadi Paula

Langit di atas Maratua tampak cerah dihiasi awan-awan tipis yang bergerak pelan.  Angin pagi bertiup lembut meneduhkan setiap mahluk yang bertebaran di sepanjang pesisir pulau kecil di seberang Borneo.  Riak ombak terdengar pelan karena matahari pagi baru saja beranjak menuju puncaknya,  membuat  laut dalam membiru tenang.

Berpijak di ujung dermaga yang dibangun dari kayu besi, tampak seorang remaja perempuan berkerudung  menantang lautan luas dimana nun di seberangnya terlihat seonggok lempengan hitam tipis mengapung di atas permukaan. Gadis berparas jelita itu nanar menatap onggokan nan jauh yang tiada lain adalah pulau Borneo atau kadang disebut juga sebagai Kalimantan oleh para pendatang dari Tanah Jawa.

Pemandangan alam  mempesona, langit cerah ditingkahi hembusan lembut angin laut, nyatanya  belum mampu menghadirkan suasana ceria di relung hati dara gadis jelita. Sebaliknya air mata kesedihan malah meleleh melintasi kedua pipinya yang  putih bening. Tatapan matanya sendu menerawang.

"Beranikanlah diri Kau Noor.  Semua orang sudah carikan tempat yang baik dan aman buat Kau,"  tergiang ucapan ayahanda dari dara jelita itu ketika  melepas keberangkatannya menuju Pulau Maratua.

Masih tergambar jelas dalam pandangannya, ayah bersama beberapa  pendekar istana  mengantarnya  melalui jalur darat dari Kerajaan Sarawak menuju dermaga Berau.  Mereka hanya mengantar sampai situ karena harus segera kembali ke Tanah Melayu  yang  meghadapi penjajahan bangsa Inggris.   Selanjutnya perjalanan laut menyeberang ke Pulau Maratua ditemani oleh sang pakcik (paman) yang juga petarung silat handal di Sarawak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun