Sore hari itu cuaca mendung. Sedikit gerimis. Langkahku terhenti. Ada yang menghalangiku, entah apa atau siapa, I don't care! Aku lebih asik dengan handphone kesayanganku. Membaca dan membalas WhatsApp teman-temanku.
Sesaat berlalu. Sesuatu yang ada didepanku tidak bergerak. Seperti diam membisu. Timbul rasa penasaranku. Aku angkat mukaku ke arah depan. Dan aku terpana seketika.
Beberapa tahun yang lalu aku pernah main ke Tugu Jogja. Ada janjian sih dengan teman. Bukan teman biasa bagiku. Kami janjian ketemu di sebelah utara Tugu Jogja. Dan akhirnya kami pun tidak pernah ketemu. Karena aku dengar setelah beberapa hari kemudian temanku yang bukan teman biasa ini mengalami kecelakaan. Lumayan parah. Tapi pada saat malam itu aku benar-benar kesal karena merasa dipermainkan. Harus menunggu sekian lama tanpa ada kepastian, tanpa ada penjelasan.
"Kau masih ingat aku?" Kata seseorang yang ada di depanku. Yang sesaat menghalangi langkahku. Aku diam. Masih terpana. Otakku seperti membeku. Apakah karena air gerimis? Entahlah!
"Kamu lupa ya sama aku?" Katanya lagi. Kejadian itu benar-benar cuma sesaat, dan begitu cepat. Sementara otakku tiba-tiba merespon dengan sangat lambat. Mencoba mencari-cari apa yang pernah tersimpan di memoriku.
"Kamu benar-benar lupa ya sama aku?" Tambahnya lagi. Aku mungkin terlihat seperti salah tingkah. Melirik ke kanan, ke kiri, lalu ke arahnya lagi. Masih hang otakku. Entah sadar atau tidak handphone kumasukkan ke saku celana. Ke sebelah kiri nyangkut powerbank, kupindah sebelah kanan ah aman!
"Kamu Adi kan?"
Tanpa jeda langsung kujawab," Iya!"
"Adi Bantul kan?"
Kujawab lebih spontan ," Iya!"
"Anaknya pak Heri kan?"
"Iya!"
"Tuh kan benar! Aku tidak salah orang. Kenapa kamu diam aja Di?"
"Owh..."
"Kamu tidak berubah Di. Dari dulu masih sama ya! Hihi..."
Senyumnya itu.
Merasa kesal karena tidak jadi ketemu dengan temanku, aku pun berlalu meninggalkan Tugu Jogja. Kulangkahkan kakiku menuju Malioboro. Aku tak peduli gerimis yang pelan-pelan membasahi tubuh. Dingin tak ku hiraukan. Bunyi notifikasi handphone tak kugubris. Bodo amat!
"Hai Di! Kok masih bengong sih! Masih ingat aku nggak!"
"Ohw...!"
"Kok owh! Ngomong dong Di!"
Tangan kiriku tiba-tiba saja mengusap wajahku sendiri, sambil sedikit menunduk. Kenapa sih tanganku usil, nggak ada apa-apa kok di wajahku!
Langkahku sampai stasiun tugu. Sesaat ragu. Mau ke mana? Ke Malioboro, mau apa? Ke titik nol juga mau apa? Ah sudahlah! Aku melangkah ke parkiran motorku. Kuputuskan untuk pulang. Wis embuhlah!
"Adiii! Ih kamu gitu deh!"
"E.." Ku garuk kepalaku yang tidak gatal.
"Kok e...?"
"Adi!" Dia memegang tangan kananku dan sedikit menariknya.
Ku gas motorku sekencang-kencangnya ke arah jalan pulang. Aku pulang! Dengan beban! Ku teriak meronta-ronta! Dalam batinku sih.
"Adi, kamu masih ingat? Dulu saat kita janjian di tempat ini. Kamu pasti menungguku lama sekali. Dan aku tidak pernah datang. Dan aku benar-benar menyesal saat itu, meski kaki, tangan, dan sedikit mukaku tergores luka. Semua perih itu tak lebih perih daripada ketidakhadiranku pada saat itu. Terimakasih Di, karena kamu selalu menjagaku di rumah sakit saat itu. Terimakasih ya Di!"
"Iya!" Singkat padat jawabku.
"Tapi setelah itu aku pergi kuliah ke luar negeri ya Di! Dan kamu antar kepergianku. Sedih Di!"
"Iya!"
"Kini aku pulang Di. Dan kita janjian ketemu di tempat ini lagi. Kupikir kamu lupa sama aku Di!"
"Bagaimana aku bisa melupakanmu Dewi? Seseorang yang spesial buatku. Seseorang yang bukan teman biasa, seorang yang meluluhkan perasaanku. Setiap kali aku memandang wajahmu. Eh...!" Tapi semua itu hanya dibatinku saja.
"Kok cuma eh...!"
Ke genggam jemari tangannya, lalu kutarik pelan ke arah Tugu Jogja. Tepat di sampingnya. Di tengah keramaian suasana. Di tengah gerimis tipis. Tapi suasana seolah milik kita berdua.
Kutumpahkan semua perasaanku selama ini padanya, tanpa sisa. Semuanya. Meski dalam hati saja. Sambil kami menatap megah Tugu Jogja.
"I love you Wi! Forever!" Hanya itu yang bisa benar-benar terucap dari mulutku. Dan aku yakin dia mendengarnya. Karena tangannya semakin erat menggenggam tanganku.
Beberapa saat kamipun melangkah pulang.
Sampai rumah dengan penuh emosi aku melangkah ke kamar dan kubantingkan tubuhku ke ranjangku.
Dulu aku emosi penuh kekesalan dan kemarahan. Kini aku emosi penuh kebahagiaan.
Luar biasa hidupku oh my God! Thanks for...all!