Ibaratanya kamu itu berjalan tegap lurus dengan pandangan fokus ke depan dan dengan langkah yang cepat lagi pasti. Sedangkan aku hanya berjalan dengan langkah seadanya, tergopoh hendak mengikutimu. Terkatung-katung dalam ketidakberdayaanku dan hasilnya cukup buruk, terlalu jauh rentang jarak kita. Similenya, dirimu berjalan di atas aspal dan aku di atas gronjalan kerikil yang tak layak jika pun disebut trotoar...dan ketika kamu berjalan orang-orang di sekitar menyapamu dikarenakan silau auramu. Kamu cukup mengangguk santun itu sudah sangat cukup bagi mereka untuk memberi tambahan nilai + (plus) dalam dirimu. Sedangkan aku dengan ayunan langkah kaki kecilku yang serasa tak mampu menapaki bumi terlau cukup untuk dihina-dina, tidak diacuhkan dan dipandang sebelah mata. Bahkan senyumku pun tidak mampu melunturkan pandangan mereka. Aku terlalu sepele untuk disapa ataupun dijawab sapaannya. Lantas aku hanya bisa garuk-garuk kepala, ngurek upil seraya menghela napas : fiuh