Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sekapur Sirih tentang Metode Berpikir: Hakikat sebagai Seorang Manusia-Part V-End

24 Agustus 2024   11:38 Diperbarui: 24 Agustus 2024   11:43 40 2
catatan terakhir....

4. **Apa Itu Kebenaran?**
Pertanyaan tentang kebenaran telah menjadi perdebatan panjang dalam sejarah manusia, terutama dalam dunia filsafat. Pemahaman tentang kebenaran tidak dapat dipisahkan dari solusi untuk masalah utama dalam filsafat. Dialektika materialisme menawarkan solusi untuk masalah kebenaran berdasarkan teori refleksi, berbeda dengan pandangan idealis lainnya. Solusi ini juga berbeda dari interpretasi metafisika dan materialisme kontemplatif.

Pendukung idealisme objektif menganggap kebenaran sebagai atribut dari kenyataan ideal, seperti roh, ide, atau Tuhan. Misalnya, dalam teori pengetahuan Plato, kebenaran dianggap sebagai rekoleksi jiwa dari dunia ide, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang supernatural dan berada di luar esensi ideal. Menurut filsafat Vedanta, realitas sejati adalah Jiwa Tertinggi (Brahman), dan pengetahuan tentang dunia fenomenal hanya dianggap sebagai ilusi (Maya), sehingga tidak dianggap sebagai kebenaran sejati. Hegel, dalam idealisme objektifnya, melihat kebenaran sebagai "ide" dalam keutuhan dan konkretisasinya; pikiran menjadi pengetahuan dalam ruang lingkup pemikiran murni.

Dengan demikian, idealisme objektif melihat kebenaran sebagai atribut dari ide abadi yang tidak terkait dengan refleksi dari dunia nyata dalam kesadaran manusia. Ini berbeda dengan pandangan dialektika materialisme yang menganggap bahwa dunia dan alam itu sendiri dapat benar atau salah. Kebenaran terkait dengan pengetahuan kita tentang sesuatu, bukan dengan sesuatu itu sendiri.

Pandangan idealis subjektif juga memiliki kesalahan dalam memahami masalah kebenaran. Mereka mengabaikan adanya dunia luar yang eksis terlepas dari manusia, dan mengaitkan kebenaran secara eksklusif dengan kesadaran, tanpa memperhatikan realitas yang direfleksikan. Ada berbagai konsep subjektivis tentang kebenaran, seperti kebenaran sebagai sesuatu yang bermakna secara umum, sesuai dengan opini mayoritas, atau sebagai kesepakatan dalam sistem pernyataan. Namun, semua konsep ini menolak eksistensi kebenaran objektif.

Menurut dialektika materialisme, pengetahuan adalah refleksi dari realitas dalam proses transformasi praktis oleh manusia. Pengetahuan yang benar-benar merefleksikan realitas adalah kebenaran. Kebenaran adalah pemikiran yang berkaitan dengan realitas, dan mengandung isi yang tidak bergantung pada subjek, individu, atau manusia. Dengan demikian, kebenaran selalu objektif.

Pengakuan terhadap sifat objektif dari kebenaran menunjukkan solusi materialis untuk aspek fundamental dari filsafat, di mana gagasan atau teori hanya benar jika memiliki kandungan yang tidak bergantung pada kesadaran. Kebenaran dari pandangan tertentu ditentukan oleh keberadaan hukum-hukum alam dan realitas objektif yang direfleksikan, bukan oleh harapan atau opini subjektif manusia.

Pemikiran materialis pra-Marxis juga mengenal objektivitas kebenaran, namun mereka melihatnya secara metafisis, seolah-olah kandungan kebenaran sepenuhnya mencakup realitas yang direfleksikan. Filsafat Marxis-Leninis, sebaliknya, menganggap kebenaran sebagai proses yang berkembang seiring dengan praktek sosio-historis manusia, bukan sebagai tindakan tunggal yang memadai antara pemikiran dan realitas objektif.

6. **Kebenaran Relatif dan Kebenaran Absolut**
Diskusi ini membawa kita pada masalah hubungan antara kebenaran relatif dan absolut. Jika kebenaran objektif ada, bagaimana kita bisa mengetahuinya? Apakah gagasan manusia dapat mengungkapkan kebenaran objektif secara langsung dan sepenuhnya, atau hanya secara relatif? Dalam epistemologi ilmiah, yang dipertanyakan bukanlah eksistensi tiga bentuk kebenaran (objektif, relatif, dan absolut), tetapi hubungan antara kebenaran absolut dan relatif dalam satu atau beberapa kebenaran objektif yang sama.

Dialektika materialisme melihat adanya elemen relatif dan absolut dalam pengetahuan. Kebenaran relatif adalah pengetahuan yang belum sepenuhnya merefleksikan dunia objektif. Pada setiap tahap praktek sosio-historis, pengetahuan manusia bersifat relatif dengan segala keterbatasannya. Namun, relativitas kebenaran tidak hanya berlaku pada pengetahuan manusia yang terkait dengan tahap perkembangan masyarakat tertentu, tetapi juga merupakan kualitas dari setiap kebenaran objektif yang dipertimbangkan secara terpisah.

Di sisi lain, kebenaran absolut adalah pengetahuan yang mencerminkan kenyataan secara sempurna dalam batas tertentu. Meskipun begitu, pengetahuan manusia tentang dunia tidak pernah lengkap, karena dunia selalu berubah dan berkembang. Oleh karena itu, kebenaran absolut harus dipahami dalam konteks yang berbeda, seperti kecocokan maksimal antara pengetahuan dan objek dalam bagian tertentu. Proses kognitif manusia yang terus berkembang memperkaya dan menggantikan pengetahuan lama dengan yang baru, dan pergerakan menuju kebenaran absolut adalah tanpa akhir.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun