Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Berpolitik Dengan Gagasan, Inspirasi Kemenangan Cak Anas

29 Mei 2010   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:53 230 0
Saya sempat tak percaya, saat mendengar hasil raihan pertarungan Calon Ketum Partai Demokrat (PD) bahwa Anas Urbaningrum (AU) – anak muda 40 tahun itu terpilih secara mengagumkan, mengungguli lawan-lawannya – Marzuki Ali (MA) dan Andi Malarangengg (AM), sebagai Ketum PD. Saat itu, sungguh aku tak percaya jika melihat “serangan udara”, Politik klaim, politik media yang gencar di lakukan oleh AM. dengan mengandeng Ibas (putra SBY), AM gencar meyakinkan Publik, Kongres demokrat adalah miliknya – AM Ketum dan AU Sekjenya, sementara MA akan di Plot menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina, mendampingi SBY. Politik AM, seakan menenggelamkan kans MA dan AU.

Dunia tercengangg, Perpolitikan Indonesia sdang berubah, Orang muda tampil sebagai Pemimpin Partai besar Republik ini. Tanpa terlalu mengandalkan uang, patron, intimidatif dan berbagai hal lazim dalam politik. Slogannya tentang Politik gagasan, menjungkirbalikan logika kuasa laswan politiknya. Dia seperti sedang membacah arah demokrasi bangsa yang sementara berjalan menuju substantive, jauh meninggalkan Prosedural kosong.

Ada beberapa hal yang kucatat dari kemenangan AU tersebut; pertama, kemenangan AU terletak pada kemahirannya dalam membaca instrument strategi yang dipakai oleh AM dan MA. Kedua; Kekuatan gagasannya menjadi modal penting, dalam menunjukan kelasnya sebagai intelektual politik. Ketiga; Wajah santun, Karisamatiknya, mirip SBY, membuat banyak orang yang simpatik dan kagum terhadapnya.

Seperti yang telah banyak di ulas oleh media, bahwa AM, begitu yakin akan kampanye medianya (mirip kampanye citra ala SBY di pemilu 2009 kemarin). dalam bahasa yang lebih keren, AM sedang menggunakaan Serangan Udara, Politik citra (Poltical of imagecology), dengan target bisa mempengaruhi arah pilihan konstituen Demokrat, dan tentu bisa membuat ciut nyali lawan politiknya, terutama AU. Sedangkan MA, walau tak mendekalrasikan diri awal sebelum bertarung – seperti AM dan AU, namun kelompok bawah tanahnya telah gerlya bekerja, membongkar satu demi satu basis kekuatan para rivalnya. Strategi tertutup, senyap ala kerja intelejent, sukses menginterup AM di putaran pertama.

Dua strategi yang di pakai oleh AM dan MA, dengan cerdas mampu di elaborisakan oleh AU dan langsung menyerang dengan “serangan darat”, tepat pada jantung pertahanan lawan. Kerja tim anas melakukan publikasi media (TV, Koran, Internet atau FB), Plus konsolidasi dan komunikasi intens di aras bawah berhasil mematahkan strategi dua raksasa tersebut.

Beda dengan instrument pertama, yang sudah pasti adalah buah dari kelincahan timnya dalam membaca setiap ruang yang di pakai lawan. Maka, instrument kedua, lebih pada aspek kualitasnya seorang AU. Sebelum perhelatan kongres dimulai, acara pidato miliknya, bertajuk “Membangun Budaya Demokrasi” adalah starting kemenanganya sebelum bertanding. Dalam pidato tersebut, AU dengan gagahnya memproklamirkan slogan “Berpolitik Dengan Gagasan”. pidatonya begitu dalam. dengan penggabungan teoritik dan praktik, serta pengalamannya, AU mampu menyihir ratusan orang yang hadir. Penegasannya tentang Meritokrasi, Patronase dan Sub Nasionalisme, menjadi tawaran baru membangun Demokrasi Produktif di Indonesia. Belum lagi peluncuran buku terbarunya “Revolusi Sunyi”, menjadikan media menamakannya sebagai Intelektual Politik Indonesia.

Instrument ketiga, adalah sesuatu yang bersifat inheren, alamiah dari sifat asal AU. sosoknya yang pendiam, tenang dan karismatik, menjadikan sumber daya politiknya begitu komplet, tanpa harus berpolitik uang, seperti yang lain. Sepanjang saya melihatnya dalam setiap perdebatan politik di TV, jarang sekali wajahnya terlihat marah, walau dalam kondisi apapun. Dia memang tahu, menggunakan kesan dinginnya, untuk membunuh psychology lawan. Dalam konsep pidatonya “Membangun Budaya Demokrasi”, terungkap bahwa kesan dingin dirinya, adalah buah dari adopsi sifat ayah-ibunya yang juga sama pendiam. “Dalam diam, dia belajar bagaimana cara bertindak”.

Pemimpin Indonesia Masa Depan
Pasca kemenangannya sebagi Ketum PD. Spekulasi media, politisi serta pengamat pun banyak bermunculan. Yang paling santer adalah menempatkannya pada jajaran bursa RI 1 2014 kedepan. Adalah Partai Golkar, lewat Priyo Budi Santoso, langsung mengutarakn hal tersbut. Bukan tidak mungkin memang, mengingat SBY sudah tidak lagi bisa di calonkan menjadi Presiden, karena terbatasi UU yang hanya 2 periode. makanya AU adalah figure yang pas untuk melanjutkan kepemimpinan SBY jadi Presiden.

Ahmad Mubarok, Ketua Tim sukses AU, seperti mengutip statement Profesor William Liddle, AS, mengatakan 2014 Obama Muda akan lahir di Indonesia. Obama yang dimaksud sudah tentu adalah kandidatnya, Ketum Demokrat - AU. Statmen dia bukan tanpa alasan, karena kepimpinan dunia saat ini, sedang bergerak menuju regenerasi kepemimpinan, dari yang tua ke muda, konseravtif ke demokratis. Dengan sampel Pemimpin Muda seperti Obama.

Tak berlebihan memang, jika AU di gadang akan menjadi Obama muda pemimpin Indonesia 2014. Sebab ada beberapa hal yag menjadi modal politiknya:
1. Sosok anas yang begitu kuat, santun, tenang, bersih, cerdas, lahir sebagai seorang Jawa, Blitar, 15 juli - 1969, mirip dengan SBY, dari Pacitan, Jawa. Dia memliki kesamaan dalam beberapa hal untuk dipilih oleh Masyarakat Jawa, sebagai pengganti SBY. Ketimbang, AM atau MA (yang bukan asli Jawa, AM – Makassar, MA - Palembang), bahkan Ani Yudhoyono yang di gadang akan tampil menganti suaminya, di pentas politik nasional, sepertinya sulit terjadi, karena SBY tak mau dituding sedang membangun Politik Dinasti.

2. Pengalaman Organisasi, membuat dia berpotensi Menjadi the Next Leader. Semua orang tahu, dia adalah mantan Ketum PB HMI 1997-1999. Organisasi Nasional, yang tingkat dinamika politiknya, hampir sama dengan Partai Politik. Setelah itu, dia di percaya menjadi tim 7, 1998, bersama Ryas Rasyid dan Andi Malaranggeng, untuk merevisi Paket UU Politik. Menjadi Anggota KPU sampai 2005, yang bersih dari tuduhan Korupsi (walau rekan-rekannya di KPU tertangkap karena korupsi), pasca Pilpres di langsungkan. Lalu Di percaya menjadi Ketua DPP Demokrat oleh SBY, terpilih menjadi ketua Fraksi Demokrat termuda Di DPR –RI 2009. Dan melejit menjadi Ketum PD 2010-2015.

3. Figur Muda Alternative. Setelah lama bergulir wacana, saatnya yang muda memimpin. Anas mampu menjawabnya. Kemarin, Saat Munas Golkar, Yuddi Crhisnandy Sebenarnya, berikhtiar mengulingkan tokoh tua Golkar, melawan oligarki sistem, namun sayang terjepit oleh dua raksasa, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Begitu juga dengan partai besar lainya, seperti PDI P, yang suburnya gerontokrasi, menuju feodal Party, Hanya untuk keturunan Soekarno-Megawati. Terbukti, Tokoh tua Megawati kembali jadi Ketum PDI P - ke 3 kalinya. Yang muda, tak menggigit, tak di beri kesempatan. Hanura pun sama, Wiranto, terpilih jadi Ketumnya untuk kedua kalinya. Hanya AU, yang berhasil merebut eksistensi kaum Muda, di partai besar seperti Demokrat.

4. Popularitas SBY. Semua orang mengiyakan, kemenangan demokrat kemarin adalah kemenangan SBY meyakinkan masyarakat. Kali ini, jika AU di jual SBY untuk bertarung rebut RI 1, maka treackel popularitas SBY akan turun ke padanya. Walau AU bersikeras, meminimalisir figure tunggal Demokrat hanya SBY. Namun Masyarakat terlanjur melihat kesamaan antar keduanya. Apapun bentuk klarifikasi AU, SBY adalah figure kuat di belakanggnya.

5. Melawan Wajah-wajah lama politisi Indonesia. 2014 nanti, selain figure muda AU yang kemungkinan bertarung rebut RI 1 dari PD, wajah-wajah politisi lama, seperti Wiranto, Aburizal Bakrie, Prabowo, Surya Paloh, Megawati dan beberapa tokoh tua lainya, di prediksi akan kembali menghiasi peta Pilpres Indonesia. Jika prediksi itu benar adanya, maka posisi AU akan kembali di untungkan. Sebab, Selain figure kuat SBY di belakangnya, kerinduan masyarakat terhadap sosok pemimpin baru (di luar para Pemimpin Tua), akan membantu elektabiltas AU untuk leading. Kecuali Tommy Soeharto (menurut desas-desus, akan naik sebagai Capres 2014), tokoh muda, dengan modal keluarga Cendana, Soeharto. Yang popularitas keluarganya, sudah menghegemoni seluruh rakyat Idonesia. Kemungkinan, akan menjadi rival tangguh sang AU.

Terlalu cepat memang, kemenangan AU Menjadi Ketum PD, lantas langsung di konklusikan ke pentas Pilpres 2014 besok. Banyak hal yang mesti dia lakukan terlebih dahulu, pertama meyakinkan ketokohannya pada internal partai. Memodernkan Partai, mengartikulasikan program partai agar menyentuh masyarakat. Setelah itu, Tantangan terbesarnya adalah mempertahankan (kalau tidak bisa melebihi) pencapaian gemilang Suara Demokrat Di Pemilu 2009 Kemarin, yang menembus 21.703.137 atau 20,85 %.

Setelah semunya berhasil dilakukan. Barulah Kemenangan AU kemarin, menjadi inspiratif kuat bagi kaum muda untuk bernyanyi tentang orang muda, yang layak untuk memimpin Indonesia ke depan. Pelatuknya adalah kemenangan Cak Anas, Berpolitik dengan Gagasan. Wallahualam.


Sekretaris Umum HMI Cabang Ambon

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun