Kegiatan bersih-bersih rumah sendiri bukan sekedar sebagai suatu tradisi, tetapi juga bagian dari memelihara kebersihan dan keindahan rumah. Di hari raya Idul Fitri yang berarti kembali suci, bukan hanya hati yang bersih melainkan juga rumah dan seisinya.
Tradisi bersih-bersih rumah tetap dilestarikan, tujuannya agar tamu dapat singgah dengan nyaman saat berkunjung untuk mempererat tali silaturahmi. Jika rumah bersih dan cantik, maka anggota keluarga yang mudik ke kampung halaman juga akan merasa disambut dengan layak setelah lama tidak pulang ke rumah.
Oleh karena itu, kegiatan bersih-bersih rumah juga termasuk mengecat ulang rumah agar tampil lebih menarik pada hari raya. Ini dilakukan jika dinding sudah terlihat kusam dan lama tidak dicat ulang. Dengan mengecat rumah, selain penghuninya menawan, rumah yang ditempati pun akan lebih sedap dipandang.
Dalam melakukan rapih-rapih jelang lebaran seperti tersebut di atas, saya kerap teringat kebiasaan yang dilakukan almarhum kedua orang tua saya. Mereka kerap merenovasi bagian rumah tertentu, seperti atap atau bagian dapur.
Bagian rumah yang harus terlihat rapih adalah ruang tamu dan dapur atau ruang makan. Dua tempat yang akan menjadi pusat tamu berkumpul saat Lebaran.
Setiap 2-3 tahun sekali, mereka juga mengecat dinding rumah. Pengecatan bisa dengan tetap menggunakan warna yang sama, bisa juga mengganti dengan warna lain.
"Biar gak bosan, sesekali ganti warna yang berbeda," ujar orang tua saya saat itu.
Lalu bagaimana kami melakukan rapih-rapih rumah jelang Lebaran?
Karena rumah saya baru saja direnovasi sekitar pertengahan tahun lalu, maka rapih-rapih rumah jelang Lebaran tahun ini tidak ada yang spesial.
Rapih-rapih rumah cukup dilakukan ala kadarnya dengan membersihkan ruang tamu dengan mengepel lantai dan menata kembali meja dan kursi tamu seperlunya.
Selain itu, karena Lebaran tahun ini saya akan mudik ke rumah almarhum orang tua, maka rumah akan ditinggalkan kosong hingga cuti Lebaran berakhir.