Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book Pilihan

Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana

31 Januari 2024   08:54 Diperbarui: 31 Januari 2024   08:57 273 9
Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, pembahasan menganai Pancasila kembali mengemuka di ruang publik setelah tenggelam sekitar dua dekade pasca Refrormasi 1998. Seperti diberitakan Harian Kompas tanggal 29 Mei 2017 "Setelah Reformasi, Pancasila bahkan cenderung jarang dibicarakan di ruang publik, bahkan juga di ruang parlemen ataupun dalam proses pengambilan kebijakan publik".

Di tengah kekosongan percakapan mengenai Pancasila di ruang publik, penulis bersyukur bahwa setelah melalui proses panjang selama sekitar 2 (dua) tahun, akhirnya dapat menyelesaikan penulisan buku "Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana" dan menghadirkannya pada awal tahun 2024 ini. Buku ini sudah bisa didapatkan secara online di Shopee.

Sesuai judulnya, buku ini berisikan beragam cerita tentang Pancasila yang ditulis berdasarkan pengalaman penulis selama 4 (empat) tahun terakhir ini bertugas di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Terdapat 35 tulisan yang terbagi dalam 6 bagian yaitu (1) Embrio Pancasila di Ende; (2)  Lahirnya Pancasila dan Penciptaan Lambang Garuda; (3) Kembalinya Pancasila Pasca Reformasi; (4) Pancasila dan Keislaman; (5) Membumikan Pancasila; (6) Pancasila dan Politik Luar Negeri.

Mengomentari hadirnya buku Cerita Pancasila ini, Wakil Presiden ke-6 RI (11 Maret 1993 -- 11 Maret 1998) dan Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP, Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno dalam kata pengantarnya di buku ini menyampaikan apresiasinya.

"Saya menyambut baik dan mengapresiasi kehadiran buku "Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana karya Sdr. Aris Heru Utomo. Buku ini memperlihatkan konsistensi dan komitmen Penulis dalam mengkaji Pancasila dan membagikan pemikirannya dalam bentuk tulisan yang enak dibaca dan perlu," tulis Try Sutrisno.

"Buku ini menjadi sumbangan penting dalam upaya kita semua memperkuat pemahaman tentang Pancasila dan aktualisasinya dalam tindakan menghadapi semakin beratnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa depan," tambah Try Sutrisno yang juga pernah menjabat sebagai Panglima ABRI pada 27 Februari 1988 -- 19 Februari 1993.  

Apresiasi terhadap hadirnya buku Cerita Pancasila ini juga disampaikan oleh Kepala BPIP Prof. Drs. K.H Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D seperti tertulis di dalam kata pengantar buku.

"Memahami pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi negara, maka kehadiran buku Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, yang ditulis Sdr. Aris Heru Utomo sangat menarik dan patut mendapatkan apresiasi karena dapat menjadi pilihan referensi untuk mengetahui dan lebih mudah memahami Pancasila dan aktualisasinya," tulis Yudian.

"Melalui penulisan dengan gaya bahasa yang santai, seperti mengajak bercerita, pembahasan mengenai Pancasila menjadi lebih ringan dan mudah dipahami," tambah Yudian.

"Penulis bukan hanya bercerita tentang sejarah lahirnya Pancasila yang merujuk dari berbagai sumber pemnulisan ataupun kegiatan-kegiatan BPIPO ya ng diselenggarakan ataupun diikutinya, tetapi juga mengenai perwujudan Pancasila dalam tindakan seperti aktualisasi nilai-nilai ketuhanan, sikap memelihara perbedaan (pluralisme) dan musyawarah mufakat atau demokrasi," tambah Yudian lebih lanjut.

Penulis tentu saja sangat berterima kasih atas apresiasi yang diberikan Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno dan Kepala BPIP Yudian Wahyudi atas hadirnya buku Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana.

Sesuai harapan yang disampaikan beliau berdua, semoga kehadiran buku ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui dan lebih mudah memahami Pancasila dan aktualisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selanjutnya, merujuk pada pepatah yang berbunyi "ilmu itu seperti burung, tangkap ia dengan cara menulisnya", penulis menyadari bahwa seperti halnya menangkap seekor burung di alam bebas yang tentu saja tidak mudah, maka menuliskan mengenai Pancasila pun bukanlah hal yang mudah.

Penulisan mengenai Pancasila kerap dipandang sebagai sesuatu yang serius, ditulis berkepanjangan dan berbelit-belit, tidak langsung pada intinya, kurang memberikan pemahaman kepada pembaca, terutama pembaca yang masih pemula dan dapat menimbulkan pesan yang ada dalam buku tidak tersampaikan dengan baik.

Oleh karena itu, agar pembahasan mengenai Pancasila dapat lebih mudah dipahami dan menjangkau banyak kalangan, maka penulis mencoba menyampaikannya dengan gaya bertutur dan santai, seperti mengajak bercerita (story telling).

Harapannya, setelah membaca buku ini, pembaca akan dapat lebih mudah memahami arti Pancasila dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahwa hidup di dunia, khususnya di Indonesia terdapat Pancasila sebagai kesepakatan bersama dan pedoman yang harus dipatuhi kita semua sebagai warga negara Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun