Masyarakat China tengah berduka dengan kepergian Luo Yang (51 tahun). Chairman dan General Manager Shenyang Aircraft Corp, yang meninggal secara mendadak pada hari Minggu (25 Nopember 2012) karena serangan jantung. Luo meninggal sesaat setelah keberhasilannya memimpin uji coba penerbangan dan pendaratan jet tempur J-15 di atas geladak kapal induk angkatan laut China ‘Liaoning’. Rasa duka diperlihatkan dengan pengibaran bendera setengah tiang di atas geladak kapal induk Liaoning dan kantor Shenyang Aircraft Corp di kota Shenyang. Ucapan bela sungkawa pun datang dari Sekretaris Jenderal Partai Komunis China Xi Jinping yang mengatakan ‘kepergian Luo merupakan kehilangan besar bagi partai dan bangsa’.
Nama Luo Yang mungkin belum banyak dikenal di Indonesia. Tapi di China dan kalangan militer internasional, nama Luo Yang cukup dikenal dan disegani karena dialah yang merancang dan mengembangkan pesawat-pesawat tempur China, salah satunya adalah pesawat jet tempur J-15 yang diberi nama ‘Flying Shark’ dan diklaim China tidak kalah canggihnya dengan jet tempur F-18 milik AS. Meski banyak dikritik sebagai modifikasi jet tempur Rusia Sukhoi SU33, namun keberhasilan penerbangan dan pendaratan jet tempur J-15 memperlihatkan keberhasilan Luo dan timnya untuk menguasai teknologi canggih di bidang penerbangan militer.
Dedikasi Luo yang sangat luar biasa dalam mengembangkan jet tempur China dan meninggal saat menjalankan tugas mendapat simpati luas di masyarakat. Media dan masyarakat pengguna sosial media seperti Sina Weibo (twitternya China) sontak mengangkat Luo sebagai pahlawan dan menyalakan lilin secara virtual.
‘Berapa banyak darah ilmuwan China dan orang-orang di belakang layar yang disumbangkan untuk penelitian dan pengembangan teknologi bagi kejayaan bangsa. Mereka bekerja di bawah tekanan yang sangat besar. Karena itu hargailah (jasa mereka), tulis seorang blogger di Sina Weibo.
‘Di bawah kepemimpinan Luo, industri ruang angkasa China telah membuat lompatan luar biasa dari daratan ke laut seperti yang diperlihatkan dari pencapaian J-15’, begitu sebuah komentar di salah satu stasion radio milik pemerintah. ‘Anda dapat mengatakan bahwa Luo meninggal sebagai prajurit pertahanan nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi’.
Sementara harian China Daily dalam editorial 30 Nopember 2011 menuliskan ‘Luo Yang adalah seorang teknisi yang memiliki bakat luar biasa dan memberikan kontribusi besar bagi kelahiran jet tempur China J-8, J-11 dan yang terakhir J-15. Namun seperti kebanyakan para pekerja keras lainnya, Luo bisa jadi tetap merupakan pahlawan yang tak dikenal’.
Dengan wafatnya Luo belum diketahui dampaknya bagi program pengembangan pesawat jet tempur J-15, yang merupakan modifikasi jet tempur Rusia Sukhoi SU33, selanjutnya. Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah China ataupun perusahaan menginduki Shenyang Aircraft Corp, Aviation Industry Corp. of China (AVIC). Namun sudah dapat diperkirakan . bahwa sejalan dengan ambisi China untuk terus memperkuat pertahanan militernya, maka berbagai usaha pengembangan peralatan militer, termasuk jet tempur, masih akan terus berlanjut. Dan ke depan, akan terus bermunculan pahlawan-pahlawan baru di berbagai bidang di China.