Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Belajar Menerima Kekalahan dari Abhisit

5 Juli 2011   00:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 590 1

Sebelumnya, hanya beberapa jam setelah pelaksanaan pemilu dan hasil hitung cepat memperlihatkan kekalahan partainya, Abhisit pun segera mengakui kekalahannya dan memberikan ucapan selamat kepada Partai Pheu Thaui dan Yingluck yang akan menggantikannya sebagai PM Thailand yang baru.

Apa yang dilakukan Abhisit layak diapresiasi dan diteladani mengingat tidak mudah bagi seseorang untuk menerima kekalahan dan mengakui keunggulan orang lain. Dapat dipastikan Abhisit kecewa dengan kekalahannya, tetapi kekecewaan tersebut tidak ditunjukkan ke publik. Ia pun tidak serta menyalahkan jajaran pengurus partainya yang tidak maksimal menggalang suara masyarakat agar memberikan dukungan kepada partai. Perlu jiwa besar dan kematangan bersikap untuk dapat melakukannya dan Abhisit telah sampai pada tahapan tersebut.

Apa yang dilakukan Abhisit sepertinya bertolak belakang dengan para politikus di tanah air yang seringkali ngotot dan tidak bisa menerima kekalahan. Banyak contoh-contoh yang bisa dikemukakan terkait hal ini. Peristiwa Pemilihan Presiden tahun 2004 sepertinya menjadi contoh klasik tentang bagaimana sikap seorang pemimpin yang tidak layak ditiru oleh siapapun. Saat itu seorang calon presiden yang kalah tidak mau mengakui kekalahannya dan bahkan hingga kini tidak mau bertegur sapa dengan mesra.

Contoh lain bisa dilihat pada tingkat daerah, terutama pada saat pemilihan kepala daerah.Seorang calon kepala daerah yang kalah, tidak serta merta dapat menerima kekalahannya. Beragam alasan diajukan untuk menolak kekalahannya, mulai dari tindakan kekerasan seperti penyerangan hingga mengajukan gugatan ke Komite Pemilihan, Pengadilan hingga Mahkamah Konsitusi.

Di tingkat partai politik, contoh yang mudah dapat dilihat dari sikap para elit politik di sebuah partai politik besar yang kalah dari partai yang relatif baru. Pemimpin partai tersebut enggan untuk mundur dan memilih untuk terus bertahan, dan ironisnya kalah lagi pada pemilihan berikutnya. Sementara itu di sebuah partai yang pernah begitu berkuasa di masa Orde Baru, seorangcalon ketua umum yang gagal bersaing dengan calon lainnya, memilih untuk membuat kendaraan baru dan membawa pendukungnya ke kendaraan barunya.

Abhisit telah membuktikan bahwa kekalahan bukan untuk diratapi tapi untuk disikapi dengan penuh tanggung jawab, salah satunya dengan mengakui kemenangan orang lain dan mengundurkan diri dari jabatan (sebagai ketua partai). Dengan mengakui kemenangan orang lain, ia ingin menunjukkan bahwa terdapat orang lain yang lebih bisa diterima rakyat. Sementara dengan mengundurkan diri sebagai ketua partai, ia memberikan kesempatan kepada orang lain yang dipandang lebih baik untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya memimpin (partai).

Jika Abhisit telah membuktikan bahwa ia bisa mengakui kekalahan dan memberikan kesempatan kepada orang lain, mestinya para politikus Indonesia pun mampu melakukan hal yang serupa. Cuma masalahnya adalah apakah para politikus mau untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh bukan sekedar retorika? Ataukah kita masih memerlukan contoh lebih banyak lagi sebelum benar-benar melakukannya? Bagaimana menurut anda?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun