Laut Cina Selatan, sebagai wilayah perairan yang vital, telah lama dijadikan sebagai pusat konflik di bidang geopolitik. Laut Cina Selatan yang memiliki sumberdaya yang melimpah dan sebagai wilayah yang strategis, juga merupakan wilayah dengan sengketa teritorial yang kompleks. Konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan melibatkan klaim pulau dan sumberdaya perairan yang saling bertentangan oleh beberapa negara yang secara bersama-sama melakukan klaim pada bagian-bagian perairan tersebut. Indonesia termasuk negara yang memiliki dampak akan konflik tersebut. Salah satunya yaitu klaim Cina berdasarkan nine dash line yang sampai merambah ke dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia yaitu wilayah Kepulauan Natuna. Hal yang paling krusial dari konflik-konflik ini terletak pada masalah sumberdaya laut dan perikanan yang merupakan sumber kehidupan bagi jutaan orang di wilayah tersebut. Dilihat dari perspektif bidang perikanan, hal signifikan yang perlu menjadi perhatian yaitu benturan kepentingan sumberdaya perairan yang pada ujungnya berkenaan dengan ekonomi dan mata pencaharian. Negara-negara yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan sangat bergantung pada perairan tersebut dimana sumberdaya lautnya mendukung jutaan mata pencaharian penduduk di wilayah tersebut sehingga berdampak signifikan terhadap perekonomiannya, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun keberlangsungan ekonomi mereka. Pentingnya sumberdaya laut dan perikanan di wilayah tersebut tentu saja menjadikan Indonesia dengan segenap usaha dan upayanya menjaga kedaulatannya pada perairan tersebut demi pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan yang stabil dan berkelanjutan.
KEMBALI KE ARTIKEL