Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Strategi Cerdas dan Solutif Penerapan Agromining sebagai Program Pengelolaan Pasca Tambang NIkel

10 Mei 2023   10:04 Diperbarui: 10 Mei 2023   10:14 361 3
Produksi bijih nikel (Ni) di Indonesia sekitar 1,6 juta ton di tahun 2022. Jumlah ini terpaut jauh dengan Filipina yang menduduki peringkat kedua dunia dengan produksi 330.000 ton, dan Rusia di peringkat ketiga dengan produksi 220.000 ton. Perkiraan produksi tambang nikel global meningkat sekitar 20%, dengan hampir semua peningkatan produksi terjadi di Indonesia. Bagian terbesar dari peningkatan tersebut disumbang oleh komisi berkelanjutan dari proyek besi kasar nikel dan produksi stainless-steel.

Sejak Januari 2020, Pemerintah Indonesia melarang ekspor nikel mentah, bertujuan agar industri pertambangan Indonesia mendapat manfaat lebih dari nikel, daripada hanya sekedar diekspor dalam bentuk bijih nikel. Semua investor lokal dan asing menjadikan Nikel ini sebuah komoditas tambang yang paling primadona sebagai bahkan banyak pelaku tambang batubara dan logam lainnya mengalihkan modalnya untuk menambang atau trading nikel.

Data USGS dan ESDM, Cadangan Nikel di Indonesia 4,5 miliar ton nikel kadar tinggi (saprolite nickel), umur cadangan disebutkan hanya cukup untuk sekitar 27 tahun ke depan dengan kebutuhan kapasitas pengolahan (smelter) di dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun dan akan semakin meningkat pada tahun berikutnya. Sebanyak 70 persen nikel digunakan untuk pembuatan baja antikarat (stainless steel), diikuti oleh penggunaan lainnya seperti logam campuran (8%), pelapisan logam (8%), pengecoran (8%), baterai (5%), dan lainnya (1%)

Mineral nikel ini merupakan batuan logam yang termasuk sebagai material tidak terbarukan dimana cadangan makin habis. Ini dibuktikan dengan semakin turunnya spesifikasi kadar Ni yang dipersyaratkan oleh pabrik atau smelter dari kadar Ni 1.8%, menjadi  kadar Ni 1.4% sudah diterima oleh pabrik. Kondisi tersebut terjadi akibat tingginya permintaan ore-nikel yang semakin meningkat dan pertumbuhan smelter yang terus banyak sebagai respon positif terhadap kebijakan hilirisasi dari pemerintah.

Persediaan nikel di Indonesia diprediksi akan cepat habis seiring dengan peningkatan permintaan untuk produksi Electric Vehicle (EV) dan memenuhi transformasi energi hijau secara global yang menuntut bahan baku Nikel sebagai bahan dasar transformasi energi tersebut.

Implikasi lain yang juga terjadi, kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembukaan tambang terbuka (open pit) yang saat ini umumnya dilakukan di area yang tidak jauh dari pantai untuk kemudahan dan terjangkaunya hauling ore nikel ini yang diangkut menggunakan barge atau tongkang. Belum lagi praktek "selective mining" merupakan metoda yang dipakai oleh tim penambang dalam mempertahankan kadar Ni agar diterima oleh smelter, sehingga sisa material tambang baik itu berupa over burden ataupun material pengupasan lahan lainnya yang masih memiliki kadar Ni < 1.4% akan dibiarkan terbengkalai begitu saja. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun