Kuperintahkan teman untuk mengalirkan airnya
Sejenak bersuara dalam benak, andai saja kau di sini
Biar kita pandang saja berdua bersama.
Temanku menatap memberi isyarat
Aku kebingungan, apa maksudnya?
Dia melirikkan matanya ke belakangku.
Ternyata itu kau.
Jantungku berdesir
Tubuhku memanas
Ragaku bergetar hebat
Sebenarnya lemas, tapi kupaksakan berdiri, menjauh dari Bung yang datangnya masih membawa luka yang belum tuntas.
Seolah pecundang, aku selalu menghindar dengan riuh yang gemetar.
Lagipula, aku sudah mati sebelum tenggelam.