Siang itu, setelah lama tidak menyapa kota ini kembali, kereta akhirnya berhenti di Stasiun Bekasi. Udara panas dan hiruk pikuk kota yang berisik dengan berbagai aktivitasnya masing-masing langsung menyambut begitu saya keluar dari gerbong. Tidak ada yang berubah dari Bekasi: jalanan penuh sesak, motor dan mobil berlalu-lalang tanpa henti, dan suara klakson yang memekakkan telinga. Namun, ada satu hal yang lebih menonjol dari sekadar kebisingan dan keramaian kota—tumpukan sampah di sudut-sudut jalan. Menerjang teriknya matahari siang itu justru membawa lamunan saya kepada sampah-sampah di pinggir jalan kota yang tiap beberapa meter sekali dapat ditemukan.
KEMBALI KE ARTIKEL