Kau tetap kau.
Kita masih disini.
Bersama untuk membuktikan bahwa kita sang penakluk dunia.
Mimpi itu masih tetap ada.
Rasa ini masih tetap nyata.
Ingin tahu tentang rahasia masa depan kita.
Aku butuh kamu.
Untuk tetap menjadi si kecil yang antusias.
Untuk tetap menjadi si gunung es yang siap aku luluhkan.
Aku ingin kamu.
Untuk mengerti bahwa aku ingin dipahami.
Aku ingin kamu.
Untuk membaca jiwa ku dengan peka mu.
Kita dekat.
Tapi mengapa aku merasa sulit menjangkau mu?
Kita jauh.
Saat itu saling merasa nyeri.
Aku tetap aku.
Si lautan yang kadang merubah menjadi tsunami.
Kau tetap kau.
Si samudera yang kadang berubah menjadi la nina dan el nino.
Aku sayang kamu.
Kamu sayang aku.
Aku dengan cara ku.
Kau dengan cara mu.
Dan kita terbentur oleh dilema yang sulit dijabarkan dengan rumus penurunan.
Yang ku tahu.
Aku bisa bertahan tanpa mu.
Terlihat kuat dengan ceria ku tapi mengigil dalam kebisuan raga.
Kau bisa bertahan tanpa aku.
Toh sebelum ini kau melewati sengsara mu tanpa aku.
Bukan keresahan yang ingin ku ajarkan padamu, cinta.
Aku ingin membuktikan.
Kerasnya hidup yang kau jalani.
Karang hidup yang ku lalui.
Sama.
Kau tumbuh dengan instrumen jiwa mu.
Aku tumbuh dengan gelombang sukma ku.
Cuma ingin bilang.
Aku cinta kamu.
Aku tetap aku.
Kau tetap kau.
*persembahan untuk si jiwa rapuh dan si petualang tangguh*
salam kehidupan.!