Kami kecil dan besar bersama di suatu kota yang sangat sejuk, yang sampai sekarang banyak wisatawan yang datang. Malang, kota bunga yang tak sedingin dulu. Sekarang penuh sesak dengan pendatang. Agak siangan dikit sudah terasa panas banget. Sudah 2 tahun aku tak bertemu dengan sepupuku. Bertemu waktu lebaran tapi itu juga hanya sehari saja, kita tak sempat bertukar cerita. Kita sudah berumur 19 tahun waktu itu, menginjak semester V kita sama-sama sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kita tidak satu kampus. Dia di Yogyakarta dan aku di Jember. Sekarang aku harus pulang karena mendapat undangan spesial, sepupuku menikah. Sepupuku lebih dulu lulus kuliahnya, sedangkan sekarang aku masih riset TA-ku. Tahap akhir menuju lulus. Aku didaulat untuk menjadi pendamping pihak wanita. Sekaligus pengobat rinduku terhadap dia, kami berbincang-bincang panjang lebar sebelum hari H esok. Mulai dari urusan kampus, senang dukanya, bagaimana bertemu dengan pujaan hatinya sekarang, proses melamar dan penetapan hari. Dan juga... banyak perubahan pada dirinya, dulu dia sangat rapi, modis dan kadang juga seksi sekali. Hihihi. Tapi, sekarang sebaliknya, rapi masih sih, jilbabnya sepinggang, lebih sering memakai gamis atau jubah. Kayak ukhti-ukhti (sebutan dalam bahasa arab bagi cewek yang memakai jilbab panjang) di kampusku. Kalau aku sih ga berubah dari dulu, insyAllah. Tetep berjilbab (standar), kadang pake rok atau celana (lihat sikon), baju tetep pake blus tapi maximal sepaha, minimal juga sepaha. Hehe. Dia (sepupuku) bercerita padaku kalau calon suaminya ini sangatlah pendiam. Perkenalan itu sangat singkat. Dalam organisasi dia, perkenalan itu disebut ta'aruf. Tapi anehnya, dalam organisasi dia, cewek dan cowoknya kalau mau menikah harus satu organisasi dan ketika sudah melakukan ta’aruf itu berarti harus menikah. Padahal setahuku, ta’aruf (berkenalan) itu dianjurkan untuk mengenal calon kita, dengan cara si cowok mendatangi si cewek di rumahnya dengan pendamping masing-masing. Kemudian mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh pihak laki-laki atau perempuan. Bisa juga dengan melihat telapak tangan si cewek. Dari telapak tangan, katanya sih sudah bisa diketahui sifat dan kehalusan tubuh si cewek. Itu pun belum deal, pihak laki-laki atau perempuan jika ada yang kurang sreg bisa tidak melanjutkan perkenalan itu. Jika sreg bisa dilanjutkan dengan wakil atau orang yang ditunjuk dari pihak laki-laki atau perempuan itu untuk mencari atau mengorek info lebih dalam lagi dari tetangga, teman dekat atau relasi kerja masing-masing tentang sifat, bobot, bebet, bibit masing-masing. Jika sudah klik, dapat dilakukan pertemuan kedua yakni meminang si cewek. Hehe. Ta’aruf bukan pacaran Islami lho. Inti cerita ini belum berhenti sampai di sini, tunggu cerita berikutnya.
KEMBALI KE ARTIKEL