Tanpa sepengetahuan keluarga, terjadilah drama. Pipit mencalonkan diri dengan dukungan orang-orang partai yang sudah terkenal di dunia perpolitikan Rembang.
Mereka bilang, "Belum pernah ada bupati perempuan dalam sejarah Rembang."
Ini juga yang akhirnya menjadi gaung di mana-mana, sebagai nilai plus yang menjadi pendorong agar Pipit mau maju.
Tentunya dengan segala konsekuensi.
Harus ada yang ditinggalkan, menjadi kawan baru biarpun dulu mereka ini musuhnya. Syarat dan ketentuan berlaku.
Rekom Nasdem, yang semula sudah diberikan untuk Harno ditarik kembali lalu diubah untuk kubu Pipit.
Momen konflik PKB Jakarta dengan PKB Rembang yang berseberangan, dimanfaatkan oleh kubu orang-orang partai yang terkenal di dunia perpolitikan Rembang berbisik, yang berujung rekom PKB diberikan kepada Pipit.
Bukan rahasia, rekom datang dari Jakarta, apapun partainya. Ada yang dihitung ratusan juta, sampai milyar, dikalikan dengan jumlah kursi, itulah yang harus dibeli, kalau mau mencalonkan diri.
Siapa yang kuat beli, itulah yang didukung partai-partai di Kabupaten Rembang.
Maka publik akhirnya mengerti, bahwa bujukan kepada Pipit bukan sekadar impian menjadi bupati perempuan pertama di Rembang, melainkan persoalan pembelian rekom. Dan publik mengetahui bagaimana eksistensi Bhina Grup di Rembang!
Syarat lain, berupa popularitas dan kemampuan, bisa didongkrak belakangan. Yang penting, beli rekom dulu.
Partai-partai membutuhkan boneka, yang bisa bermain di panggung politik, karena mereka tahu, yang terpenting bukan siapa penguasanya.
Yang terpenting adalah kepentingan mereka tetap jalan dengan mendulang keuntungan.
Kepentingan proyek, dikawal sejak 1375 pokir, apa saja yang kelak menjadi usulan sebelum menjadi APBD.
Yang paling pintar, tentu petahana yang punya prestasi berupa defisit anggaran 18 milyar, yang memperlihatkan kemajuan lima tahun terakhir dalam bentuk simulasi, dan lincah berkelit ketika berhadapan dengan BPK.
Jangan heran, kalau sekarang partai PPP yang hampir tidak lolos di Senayan ini mendapatkan ajang empuk di Pilbup Rembang. Kepentingan mereka mengawal kepentingan (conflict of interest), akan mengulang cerita lama: siapa yang masih polos dalam politik, akan menjadi mainan partai.
Dalam politik, kita tidak menemukan pertobatan, karena politik bukan ajang penyucian diri. Politik adalah pilihan, tempat orang menentukan sikap. Dengan kesengajaan dan pertimbangan jangka panjang. Dalam politik, mata yang buta, akan mengubah amanat ummat menjadi ruang berbagi sekat dan persaingan tak-sehat.
Jika "Ini semua hanya politik" sudah menjadi dalih dan menghentikan semua inisiatif baik untuk merenungkan motivasi di balik pilihan politik, maka kita sedang menyaksikan.. Pipit menjadi boneka cantik konglomerasi partai politik.
Gandrirojo Sedan, 2 September 2024