Dalam situasi krisis semacam ini, seseorang bisa memilih bertahan dengan beragam alasan. Demi anak, demi ibu bapak, demi nama baik, demi tidak mau capek, apatis dan demikianlah adanya - pasrah pada keadaan tanpa upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan.
Bersabar itu bukan bertahan sambil mengeluh sepanjang hari. Bersabar itu bukan bertahan sambil marah-marah sepanjang hari. Bersabar itu bukan bertahan sambil mencari pelarian kesana dan kemari.
Bersabar itu menjaga pernikahan demi Tuhan. Demi Sang Maha Pembolak-balik Hati. Bersabar - bertahan sambil mendamaikan diri sendiri lalu mengajak pasangan bicara untuk mencari jalan keluar terbaik. Bicara tidak cukup sekali dua kali. Tidak boleh bosan bicara dengan pasangan. Bicara sampai pasangan mengerti. Kalau pasangan tidak kunjung mengerti, tidak akan menjadi masalah apabila diri ini sudah mengerti.
Pernikahan seharusnya membahagiakan suami, istri dan anak-anak. Kebahagiaan untuk semua.