Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Anak Putus Sekolah di Kalangan Keluarga Mapan

12 Maret 2011   17:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50 384 3
Sedih melihat kenyataan beberapa anak dari kalangan keluarga mapan secara finansial, kehilangan motivasi belajar.

Sebut saja dua anak ini, Rio dan Dani. Rio menunjukkan gelagat enggan pergi ke sekolah sejak kelas 1 SMP. Sedangkan Dani tidak mau sekolah lagi sejak kelas 1 SMA.

Jangan ditanya bagaimana pilu hati orang tua mereka. Segala upaya telah ditempuh, menyampaikan berbagai pandangan kepada anak, berkonsultasi kepada pakar yang kompeten, sampai pindah sekolah sesuai permintaan anak. Ujung-ujungnya, anak tetap tidak mau sekolah.

Anak-anak seperti menjadi zombie, mayat hidup. Hari-hari dilalui dengan tanpa harapan. Bermain kesana-kemari tak tentu arah. Mungkin juga ini pengamatan berlebihan sementara orang tua yang terlalu khawatir. Tidak bijak mengambil kesimpulan seperti ini secara terburu-buru.

Tiap anak memiliki jalannya masing-masing. Rio dan Dani sudah 2 - 3 tahun ini menghamparkan pemandangan yang memprihatinkan. Sebab anak-anak harus sekolah. Pendidikan itu penting sebagai bekal menjalani hidup. Waktu anak adalah waktu sekolah. Tentu saja kenyataan ini sangat menyedihkan.

"Untuk menjadi sukses tidak harus sekolah," kata Rio.

"Banyak kok orang yang bisnisnya sukses, belajar secara otodidak," lanjut Rio.

Ayah-Ibu Rio gambaran orang tua ideal secara kasat mata. Tiga anaknya yang lain baik-baik saja, rajin sekolah dan berprestasi baik. Ayah Rio seorang pengusaha berlatar belakang pendidikan tinggi. Ibunda Rio seorang Ibu yang komunikatif dan hangat pada anak-anaknya. Menyediakan waktu sepenuhnya buat anak-anaknya. Setelah mengantar anak-anak ke sekolah, baru Ibunya Rio ini mengurusi butiknya.

Terlepas dari urusan kemapanan finansial, mereka pasangan suami-istri yang harmonis dan hampir selalu kompak. Mereka juga menjadi teladan yang dihormati lingkungan sekitarnya. Nyatanya mereka tak lepas mendapat ujian dari anaknya. Jadi, hal semacam ini bisa menimpa siapa saja. Bersyukurlah bila anak-anak memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk belajar. Itu adalah karunia tak terhingga dari Tuhan.

Sementara itu Dani, memang mengejutkan perubahan perilakunya setelah orang tuanya bercerai.

Ayah Dani, seorang pengusaha yang cukup luas jaringan relasinya.

"Dani seperti Papanya, maunya instan. Dani tidak mau sekolah, tapi mau ikut ujian persamaan SMA," kata Ibunya dengan wajah murung.

Persamaan Rio dan Dani, sama-sama mendapatkan kemudahan beragam fasilitas dari orang tuanya. Beragam fasilitas yang efeknya bisa berbeda-beda bagi tiap-tiap anak. Bagi sebagian anak, beragam fasilitas menyalakan semangatnya untuk semakin giat belajar, sebab ia mengerti itu diberikan orang tua sebagai penghargaan kepada anak-anaknya. Bagi sebagian anak, beragam fasilitas justru melenakannya, membuatnya terjebak dalam zona nyaman yang meredupkan semangatnya untuk belajar.

Anak putus sekolah dari kalangan keluarga mapan. Fenomena apa ini? Bagaimana mencegahnya?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun