Demikian juga anak. Anak tidak mau diusik pribadinya. Oleh sebab itu orang tua mesti fokus pada masalah, bukan pribadi anak.
Ketika anak bersikap tidak disiplin, anak perlu ditunjukkan letak persisnya disiplin apa yang telah ia abaikan. Bukan menyerangnya dengan menyebut sebagai pemalas atau anak yang ceroboh.
Dan ketika masalah satu telah berlalu, berlanjut ke masalah berikutnya. Cukup bagi orang tua fokus pada masalah berikutnya saja. Tidak perlu mengungkit-ungkit masalah yang telah lalu.
Seperti orang dewasa, anak tidak suka dibaweli, anak tidak suka dinyinyiri. Anak, meski tidak mengungkapkannya secara terbuka, akan mencatat cara orang tua dalam bereaksi terhadap aksinya dari waktu ke waktu. Anak akan mencatat konsistensi sikap orang tuanya.
Bila anak merasa nyaman dan merasa diorangkan (dihargai), anak akan terbuka pada orang tua ketika mendapat masalah dengan pihak lain di luar rumah. Bila anak merasa tidak nyaman dan merasa tidak dianggap, anak akan lebih memilih berbicara dengan pihak lain, entah itu teman atau siapa, ketika mendapat masalah di luar rumah.
Anak mencatat bagaimana reaksi orang tua hari ini, besok, bulan depan, tahun depan. Anak melihat bagaimana orang tua ketika menangani masalah-masalah sepele, seperti saat anak menyenggol gelas hingga air sirup tumpah menodai taplak meja.
Kalau untuk masalah remeh-temeh saja orang tua ringan menghamburkan celaan, umpatan, makian, bentakan, teriakan, anak akan berpikir lama untuk terbuka ketika menghadapi masalah serius.