Aku berdiri, melawan arus dunia yang berdendang,
Bibir terkatup rapat, hati berdebar membara,
Diam dalam kegelapan, menantang cahaya.
Di antara bisikan angin yang menusuk,
Aku menatap, melawan derap langkah masa,
Diam, bagai badai yang terpendam,
Menimbang, mengukir dendam yang menggema.
Dalam sunyi yang menggigit, aku melawan,
Diam, bukan kelemahan, melainkan penundaan pembalasan,
Dalam kegelapan yang melilit, aku menentang,
Diam, menyusun rencana, menunggu waktu yang tepat.
Diam bukanlah tanda ketakutan,
Melainkan senjata tersembunyi di antara bayang-bayang,
Melawan dalam keheningan, adalah keberanian,
Diam, bagai petir yang siap menyambar tanpa aba-aba.