Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Pilihan

Telur Mata Sapi pun Makanan Orang

27 Desember 2020   11:20 Diperbarui: 28 Desember 2020   22:17 313 26
Siapa diantara kita yang tak pernah makan telur mata sapi? Apalagi yang setengah matang. Menu sarapan pagi dengan kecap dan irisan bawang merah mentah. Maknyusss rasanya! Padahal sarapan. Tapi dasar emang karena lapar. Sepiring "munjung" pun ludes masuk ke dalam perut.

Telur bebek apalagi! Warna jingganya begitu menggoda selera. Namun hanya sebagian saja yang suka. Bau amis, kata mereka.

Terlepas dari rasa nikmatnya, terlepas dari ada yang tidak menyukainya. Menjadikan telur mata sapi sebagai lauk sarapan, makan siang, atau makan malam, dibalik semua itu ternyata proses pembuatannya yang mudah jadi alasan mengapa si "pemalas" masak harus menghidangkannya.

Kali ini saya tidak mengupas bagaimana praktis dan mudahnya menghidangkan telur mata sapi sebagai menuhidangan. Melainkan keterbatasan dan ketersediaan lauk makan lainnya yang tidak ada.

Bagaimana ketika terjadi bencana alam, banjir, kebakaran, dan bencana alam lain. Bantuan yang diberikan pada para korban lebih banyak berupa mie instan, minyak goreng, dan telur. Walau banyak lagi jenis lainnya. Namun tidak afdol jika tidak ada mie instan, minyak, dan telur. Tentu saja beras jadi yang utama.

Begitu kentalnya telur mata sapi dijadikan lauk paling sederhana dari sebuah menu masakan. Alasan lainnya adalah dalam sebutir telur mengandung begitu banyak.

Melansir Australian Eggs, telur di antaranya mengandung 11 vitamin dan nutrisi berbeda yang dikutip kompas.com, 23/1/2020. Dalam sebutir telur berisi vit B 12, vit D, vit E, vit B5, vit A, zat besi, fosfor, folat, yodium, dan selenium.

Dari data di atas, yang ingin kami sampaikan adalah bawah dengan mereka menjadikan telur sebagai lauk sarapan pagi maka kebutuhan nutri dalam tubuhnya setidaknya telah terpenuhi.

Tentu saja, ada yang lebih suka jika telur tersebut direbus karena tidak menggunakan minyak. Pasti akan menghemat.

Masuk akalkah sekiranya saya mengatakan, banyak diantara kita yang dalam satu bulannya tidak pernah mengkonsumsi telur mata sapi?

Dengan bermacam alasan yang mereka kemukakan. Diantaranya ada yang mengatakan jika makan telur, baik direbus, dimatasapikan, atau dijadikan sajian apa saja membuat tubuh mereka gatal.

Alasan lain yang ini tentu saja membuat miris. Bayangkan! Setelah lebih dari 75 tahun merdeka, konsumsi telur yang begitu bernutrisi saja tidak bisa rutin mereka konsumsi. Pastilah karena alasan kemiskinan.

Padahal harga sebiji telur ayam negeri hanya Rp 2.0000, atau 1 kg kurang lebih Rp 25.000. Walau harga di DKI Rp 24.148 per kg.

Kadang kita tidak sempat menengok tetangga sebalah kanan dan kiri kita. Mereka yang kebetulan tinggal di perumahan. Apalagi perumaham elit dan mewah, pasti saja tak akan pernah terlintas untuk berfikir apakah tetangga saya makan atau tidak hari ini.

Namun, jika telusuri lebih dalam lagi, berapa banyak orang yang menjaga perasaan miskinnya sehingga walaupun hanya makan sekali sehari dengan lauk minyak jelantah dan garam saja mampu dinikmati dengan sukacita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun