“Bagaimana Pace?”, aku membuka suara.
“Kitong jalan sudah, cuaca bagus hari ini.”, Bapak angkatku melangkahkan kakinya menuju perahu.
Hari ini adalah hari yang dijanjikan oleh bapak angkatku untuk mengajakku memasuki daerah Nusa Lasi, sebuah area kosong tanpa penduduk yang katanya ada pulau-pulau kecil, kemudian dikelilingi manggi-manggi (bakau), di seberang pulau Tarak, Fakfak.
Perjalanan pun dimulai. Kami menggunakan pok-pok (ketinting) yang biasa dipakai bapak untuk memancing. Haluan perahu tertuju ke Tanjung Merpati, aku bisa menebak, Bapak pasti mau ber-“hasa-hasa” atau menelusuri tepian daratan di atas perahu.
Ketakjubanku dengan alam Papua yang benar-benar mempesona tak pernah habis. Setiap kali menyeberang di atas laut, aku terus berdecak kagum atas anugerah Tuhan di sini. Hutan yang rimbun, pantai yang berpasir putih, dan kekayaan laut yang melimpah menunjukkan betapa kayanya negeriku.
Setelah melintasi Tanjung Merpati, perjalanan dilanjutkan. Kami kembali menyambangi Batu Lubang, goa alami yang berada tepat di tepi Laut Seram dengan air birunya. Goa penuh misteri, bersejarah, dan stalaktit serta stalakmitnya yang sangat memukau.