“Seko Suroboyo ki macet paling duowo ki yo pas seko Prambanan tekan Jogja. Ruaaameee tenan. (dari Surabaya macet paling panjang ya pas dari Prambanan sampai Jogja. Ramai sekali,” begitu kata saudaraku saat kutanya tentang perjalanan liburan lebaran beberapa hari yang lalu.
Mengapa jalan di area Prambanan macet sekali? Dugaannya adalah selain karena ramai kendaraan para pemudik, masyarakat juga sedang melakukan tradisi selama lebaran dengan mengunjungi sanak saudaranya. Dan yang sering jadi alasan macet selama musim liburan lebaran seperti sekarang adalah ramainya warga yang berwisata ke Candi Prambanan.
Candi Prambanan memang sering menjadi icon Yogyakarta bahkan Indonesia. Setiap tahunnya, candi yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia (world heritage) oleh UNESCO tersebut dikunjungi oleh berbagai wisatawan dari berbagai daerah dan bermacam belahan dunia.
Akan tetapi, konsentrasi pengunjung sayangnya masih di Candi Prambanan (atau sering disebut juga Candi Loro Jonggrang) saja. Padahal, di sekitar Candi Prambanan (masih satu kompleks) terdapat beberapa candi yang tak kalah menarik untuk dikunjungi dan dipelajari. Sebagai pengunjung yang super-kepo, saya tak segan mengajukan aneka pertanyaan dan mencari info dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, BUMN yang mengelola wisata di komplek Candi Prambanan. Hasilnya? Sederet informasi mengalir deras dan saya lebih semangat menelusuri sisi-sisi lain komplek Prambanan yang relatif luas.
Di komplek Prambanan, ada empat candi yang menyimpan tradisi toleransi sejak jaman dulu; Candi Prambanan yang berlatar belakang hindu berdampingan mesra dengan Candi Lumbung, Bubrah, dan Sewu yang berlatar belakang Buddha.