Bagi Socrates, kehidupan tanpa refleksi dan penyelidikan dianggap kurang bermakna. Dia meyakini bahwa tujuan tertinggi manusia adalah mencari kebijaksanaan dan pemahaman tentang diri sendiri serta dunia di sekitarnya. Tanpa menguji dan mempertanyakan keyakinan, tindakan, dan nilai-nilai kita, hidup dianggap dangkal dan hampa. Socrates menggunakan metode dialektika, yang dikenal sebagai metode Socratic, untuk mendorong orang-orang berpikir kritis dan mempertanyakan asumsi mereka. Dia sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan lawan bicaranya untuk merenungkan dan mengevaluasi pandangan mereka sendiri.
Selama persidangan, Socrates diberi kesempatan untuk mengusulkan hukumannya sendiri. Alih-alih memohon keringanan, ia menegaskan bahwa hidup tanpa kemampuan untuk bertanya dan mencari pengetahuan lebih buruk daripada kematian. Ketika ditawari pengasingan sebagai alternatif dari hukuman mati, Socrates menolak, mengatakan bahwa ia lebih memilih mati daripada hidup tanpa filsafat. Komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap prinsip-prinsipnya akhirnya mengantarkannya pada eksekusi dengan meminum racun hemlock.
Socrates memiliki dampak yang besar pada filsafat Barat. Penekanannya pada pencarian kebenaran dan penggunaan dialog sebagai alat untuk mencapai pengetahuan telah membentuk dasar pemikiran filosofis selanjutnya. Murid-muridnya, terutama Plato, melanjutkan dan mengembangkan ide-idenya, memastikan bahwa ajarannya bertahan sepanjang zaman.