Pikun sudah jadi bawaanku, apalagi harus ingat orang. tapi sosok itu susah dilupakan. bukan obrolan di bengkel atau konter, bukan pula di warung kopi. namun pertemuan itu di warung makan saat menjelang imsak. postur tinggi besar plus kekar, seorang kenalannya berpamitan dengan seruan mboru, seorang lagi menyebutnya samsir. langsung otak saya tangkap dianya adalah boru samsir. harusnya batak tapi akalku masih bisa menyangkal karena dia menyahut tiga kenalannya dengan logat sunda, juga samsir yang aroma namanya bukan batak, makan sahur pula.
KEMBALI KE ARTIKEL