Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ramadhan di Jepang, Penuh Keringat Namun Tetap Semangat!

23 Agustus 2011   03:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 558 1

Sempat terucap keluhan dari banyak rekan-rekan saya ketika akan menjalani ramadhan tahun ini di Jepang. Bagaimana tidak, ramadhan sebagai bulan yang selalu dinanti-nanti, kali ini bertepatan dengan musim panas bagi yang melaksanakan ibadah puasanya di negeri matahari terbit. Tidak sedikit pula yang merencanakan pulang sementara ke Indonesia, hanya karena merasa tidak sanggup menghadapi ramadhan di musim panas terpanjang ini.

Menghabiskan musim panas di Jepang memang kurang digemari orang-orang, termasuk orang Jepang sendiri. Selain menghasilkan keringat yang lengket, gelombang panas yang sangat menyengat juga terkadang mampir di atas negara Jepang. Akibatnya, suhu udara yang hampir mendekati 40oC, bahkan suhu aspal bisa lebih dari 50 oC. Tingginya suhu udara tersebut menyebabkan banyak orang yang lemas karena dehidrasi, pingsan, dan bahkan ada yang sampai meninggal dunia.

Meski banyak yang sempat kalah sebelum berperang, namun tidak sedikit pula yang tetap bersemangat menyambut datangnya bulan ramadhan di musim penuh keringat ini. Saya amati, banyak juga yang akhirnya menjalankan ibadah puasa di Jepang ketimbang di Indonesia. Tidak gentar dengan waktu subuh sebagai akhir batas melakukan sahur sekitar pukul tiga pagi dan waktu maghrib untuk melaksanakan buka puasa sekitar pukul tujuh malam. Ditambah shalat tarawih dan ceramah yang selesai sekitar pukul sebelas malam. Dengan niat, maka keyakinan untuk bisa melaksanakan ibadah puasa pun memuncak.

Sebenarnya saya sudah pernah mencoba berpuasa di setiap musim yang berbeda di Jepang. Pada saat itu, saya mampu melewatinya dan memiliki kesimpulan sendiri. Ketika berpuasa di musim dingin, memang waktu siangnya lebih pendek, tetapi tubuh lebih cepat merasa lapar dibandingkan musim panas. Sehingga pas dengan waktu berbuka yang lebih cepat, karena memang laparnya pun lebih cepat. Sebaliknya, untuk musim panas memiliki waktu siang yang panjang, membuat tubuh kita malas makan. Jadi setiap musim memiliki karakter sendiri-sendiri, sehingga ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Sekarang sudah hari ke-23 di bulan ramadhan, saya lihat rekan-rekan yang menjalankan ibadah puasa masih terus bersemangat meskipun berpeluh keringat. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan, “tidak terasa ya… puasa kali ini, tau-tau sudah berbuka.” Padahal jika diamati, suhu musim panas kali ini lebih tinggi dibandingkan musim panas-musim panas sebelumnya. Ya, itulah rahasia Allah terhadap sesuatu yang menurut manusia sulit untuk dijalani, ternyata dimudahkan oleh Allah bagi yang mau berusaha menjalankannya.  [Telkomsel Ramadhanku]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun