Saya teringat cerita Haji sulam, seorang tukang bubur keliling yang diberi kemudahan Allah SWT dapat menunaikan ibadah haji, padahal ia bukanlah konglomerat atau ahli waris yang menang sengketa warisan berjumlah milyaran rupiah pun bukan sanak famili pejabat yang sedang dititipi hasil korupsi sang famili. Beliau hanya orang polos yang berniat naik haji dengan menabung sedikit demi sedikit melalui tabungan . Tuhan maha adil, Sulam terpilih sebagai pemenang hadiah pertama dimana ia menabung. Sulam berangkat haji sekeluarga plus temannya baiknya sesama kasta. Di kampung yang sama ada haji Madun tokoh terpandang karena termasuk golongan pertama yang berangkat haji.
Sebagai seorang yang Pro Status Quo H.Madun tidak berharap ada orang yang menyalib ketokohannya di kampung apalagi seorang tukang bubur keliling seperti H. Sulam. Tapi semakin ia remehkan H.Sulam semakin populer. Menurut kalkulasi H.Madun hadiah yang diterima H.Sulam habis sepulang haji,karena ini berangkat membawa empat orang sekaligus, yang terjadi justru sebaliknya, sepulang haji "pesaingnya in" makin banyak berinfak dan H.Sulam makin tajir.
Kesalahan H.Madun adalah ia hanya fokus pada kalkulasi rejeki tapi ia lupa mengkalkulasi Sang Pemberi Rezeki. H.Madun kian merasa terjepit ia seolah-olah kambing congek tiada arti atau persis seorang jenderal yang kena penyakit "
post power sindrome" ketika tidak ada lagi orang yang mengangkat tangan hormat saat berpapasan dengannya, sehingga tanpa sadar dia mengangkat sendiri kedua tangannya sambil menampar mukanya sendiri, diiringi celoteh "
aku tak berguna-aku tak berguna", padahal H.Sulam sangat menghormatinya.
Yang lucu waktu H.Sulam membeli mobil baru, istrinya lari tergopoh-gopoh menghampirinya dan memberitahu kalau sang kompetitor beli mobil baru, mendengar informasi ini bak disambar gledek H.Madun terkulai lemas sambil berkata " Ya Allah cobaan apalagi ini, beri kami kekuatan dan ketabahan". Aku berharap tidak ada kompasianer terkulai lemas dan berdoa "
Ya Allah cobaan apalagi ini, beri kami kekuatan dan ketabahan" ketika melihat
OmJay dan
Katedra Rajawen sebagai kompasianer teraktif atau melihat
Mukti Ali dan
Andi Harianto menjadi yang terpopuler apalagi melihat
Ariel Stone kompasianer bau kencur masuk HeadLines (narsis). #
Tak ada tendensi apa-apa selain menghabiskan malam sebab acara tv terlalu membosankan #
KEMBALI KE ARTIKEL