17 November 2013 pukul 20:53
Sekolah, dalam hierarki dakwah dan tarbiyah menempati posisi paling dasar. Artinya dimulai dari sekolah lah pembinaan intensif terhadap objek dakwah dimulai. Dari sekolah pulalah benih-benih kader dakwah mulai disemai. Posisinya yang berada ditempat paling dasar inilah yang kemudian menjadikan dakwah sekolah (seharusnya) menjadi penting untuk selalu diperhatikan. Keberhasilan dakwah dan tarbiyah pada tahap selanjutnya sangat bergantung pada keberhasilan dakwah di tahap sekolah ini. Tidak perlu jauh-jauh, sebagai contoh bahwa kader dakwah ditingkat perguruan tinggi (ADK), umumnya berasal dari mereka yang notabene sudah mengikuti pembinaan ditingkat SMA (Rohis). Hanya segelintir saja ADK yang memulai tarbiyahnya di kampus. Pun begitu halnya pada tahapan dakwah selanjutnya.
Fenomena ini tentu saja membuat kita perlu secara khusus memperhatikan pembinaan ditingkat sekolah, karena usia sekolah adalah usia dimana seseorang mulai mencari jati dirinya. Usia sekolah adalah usia yang ‘diperebutkan’ banyak ideologi untuk mulai menanamkan doktrin ideologinya. Maka tidaklah herran jika disekolah kita bisa menemui berbagai ideologi mulai dari ideologi yang paling ‘kanan’ sampai yang paling ‘kiri’, mulai dari yang paling sesuia dengan Islam sampai yang paling anti Islam. Sekilas memang tidak akan kelihatan bahwa sesungguhnya di sekolah terjadi persaingan dan tarik menarik antar ideologi. Hal inilah yang kemudian harus kita antisipasi agar generasi muda di sekolah tidak terjebak ke dalam pemikiran dan ideologi yang menyimpang dari ajaran Islam. Kalau para generasi muda ini sudah ter doktrin oleh suatu ideologi yang ‘menyimpang’, maka akan susah bagi kita untuk meluruskannya kembali. Boleh jadi saat ini di sekolah telah berkembang ideologi-ideologi dan faham kebebasan semacam ideologi liberal yang ditransformasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan siswa.
Karakter anak muda yang relatif lebih mudah dalam menerima nasehat kebenaran , sebenarnya bisa menjadi modal bagi kita untuk memasukkan pesan-pesan dakwah. Tentu saja pendekatan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan karakteristik usia mereka. Pembinaan secara bertahap dan kontinyu bisa menjadi kunci sukses dakwah sekolah. Tidak melulu dengan media ta’lim pekanan saja, masih banyak perangkat tarbiyah yang bisa kita gunakan, misalnya dengan Riyadhoh (main futsal bareng), Rihlah (liqo’ di kebun), Mabit di mesjid sekolah, dan masih banyak cara lain yang bisa kita gunakan. Penggunaan perangkat dakwah yang beragam sangat efektif untuk mencegah rasa bosan yang seringkali menghinggapi para siswa.
Sudah saatnya kita mulai memikirkan dan mengkaji ulang kebijakan kita terkhusus untuk dakwah sekolah. Sudah saatnya kita mulai menata ulang wajah Rohis sehingga kedepan Rohis bisa terus berkembang dan pada gilirannya nanti kita bisa tersenyum melihat generasi muda kita menjadi generasi mudah yang terbina. Masih banyak PR kita tentang dakwah sekolah yang belum terselesaikan. Masih banyak sekolah yang antri menunggu adanya tutor-tutor yang bisa membina Rohis di sekolah mereka, masih banyak kegiatan-kegiatan yang diadakan Rohis di sekolah yang belum termanajemen dengan baik, masih banyak generasi muda yang saat ini terpuruk moralnya dan menjerit menunggu sentuhan dakwah kita. Masih banyak peluang bagi kita untuk menyemai dakwah di sekolah. Permasalahan ini bisa kita atasi jika masing-masing kita menunjukkan kepedulian kita. Kepedulian terhadap permasalahan moral generasi muda kita. Mari kita mencari solusi dan menata ulang wajah Rohis kita sehingga kelak kita bisa memenangkan dakewah dalam pertarungan di ranah sekolah.