Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Rasanya Menjadi Pemain Non-Klub Setelah Disisihkan Tim Kesayangan

21 Agustus 2024   04:43 Diperbarui: 21 Agustus 2024   04:48 53 0
Menjadi pemain baru di klub baru selalu memberi kesan manis, apalagi mendapat manajer dan rekan setim yang apik. Salah satu klub yang paling memberi banyak ruang latihan dan mendapat banyak pengalaman adalah MU. Ya! Tahun 2019 adalah tahun saya direkrut oleh mereka dan dimasukkan terlebih dahulu pada tim muda, yakni U-21.

Saya merasakan bahagia dan langsung mendapat kepercayaan dari pelatih sebagai kapten kedua. Debut pertama pada September 2019 di musim lanjutan U21 Premier League melawan 11 tim unggulan, dan merasa perlawanan sengit dan taktik luar biasa membuat kami buntu untuk melangkah. Paruh musim, kami hanya mengoleksi 20 poin dari 11 pertandingan, dan itu menjadikan kami agak pecah konsentrasi dan fokus.

Ditambah lagi badai cidera pemain inti membuat performa saya dan kolega menurun. Apalagi sang kapten tiba-tiba uzur dan menerima pinangan dari klub lain, sungguh ironis! Di saat genting untuk mengamankan gelar juara, malah dapat pemain inti menginap di perawatan dan beberapa tiga pemain memilih klub lain.

Manajer pun kocar-kacir melihat pemain yang pergi, dan sulitnya merekrut pemain baru di jendela musim panas kala itu membuatku terus bermain sebagai gelandang serbaguna, plus kapten tim muda. Walaupun jarak umur tak begitu jauh, namun banyak pemain muda yang tidak mengikuti arahan manajer dan kapten, hingga akhirnya di gameweek akhir kami banyak mengalami hasil imbang dan menelan banyak kekalahan. Bayangkan, 23 kebobolan dari 9 pertandingan!? Duh, kacau!

Bimbang untuk Lanjut atau Menerima Pinangan
Ada rasa kecewa, ada rasa kasihan dan sayang dengan tim ini. Akhirnya membuatku bertahan hingga musim 2022/23. Setelah para pemain potensial dipromosikan ke tim utama MU, saya menjadi pemain tetap tim muda hingga manajemen klub mengindikasikan kalau saya akan dipinjamkan ke klub lain. Syok, iya. Lagian, siapa yang akan meminang kapten tim muda dan belum terpromosi, ditambah minim prestasi.

Selang 3-4 bulan, ada empat klub yang berminat meminang saya untuk dipinjam dan diplot di tim utama, katanya sih gitu. Di antaranya dari Serie A, La Liga dan dua klub dari Liga Belgia. Bimbang campur aduk dengan resah, sudah tak dipromosikan ditambah warta kepindahan sementara. Ya sudah, saya bilang ke manajemen untuk beri saya kesempatan sampai menuntaskan musim 2022/23.

Namun, yang terjadi biarlah terjadi. Gelontoran dana besar dari investor baru membuat saya terbuang. Tak dipakai di tim muda, diolok-olok pemain promosi yang lancar masuk tim utama, hingga sering ditanyakan nasibnya oleh manajer sendiri. Mengabdi selama 4 tahun lebih di klub kebanggaan ternyata tidak semanis mendukungnya, namun apapun yang terjadi, saya akan tetap menerima keputusan para manajemen dan pihak klub.

Yang paling saya ingat dan berkesan adalah meneruskan paruh musim kedua di tim U-21 mendapat brace ke gawang tim utama pada laga Carabao, dan mendapat pemain terbaik U21 bulanan pada Januari 2022. Terima kasih, MU. Rasanya berpisah sangat sulit, tapi itulah yang harus saya lakukan dan menerima pinangan dari klub Serie B untuk menambah amunisi mereka.

Kepindahan ke Kota Sungai Penuh Keindahan
5 Desember 2023 tepatnya, saya langsung terbang dan diperkenalkan ke publik setelah tanda tangan kontrak berdurasi satu tahun untuk trial. Jika performa bagus, maka akan diberi kontrak tetap selama 4 tahun. Pengabdianku disana akhirnya dimulai pada lanjutan giornata 29 melawan tim papan tengah.

Sebagai pemain pengalaman dan pernah diplot menjadi kapten, saya menikmati arus passing dan crossing yang ciamik dari para pemain ini. Dari teknis hingga ketenangan membawa bola saya rasa mirip dengan klub Firenze, Fiorentina. Tapi, menurutku ini lebih modern.

Setelah 13 pertandingan kami lalui, kami mendapat tiket playoff untuk promosi ke Serie A. Setelah berapa tahun pernah berkiprah di liga teratas Italia, kami punya gairah untuk melanjutkan petualangan demi bertahan dan merebut gelar Scudetto di sana. Impian agak gila, tapi begitulah para pemain menyoraki satu sama lain: Kami punya kota indah, kami punya suporter atraktif, kami punya solidaritas dan gairah juara yang besar!

Lagi-lagi, setelah dua play-off dilalui dan akhirnya mendapat tiket promosi ke Serie A; saya terbuang dan dilepas. Mereka menikmati juara ketiga, saya duduk terdiam di bangku locker room meratapi nasib sebagai pemain tanpa klub nantinya. Hingga sekarang, status masih non-klub dan belum ada pinangan lagi. Beberapa klub ingin meminang namun belum ada respon kembali. Saat itu, aku belum memutuskan pensiun dan hanya mengisi fun football dan bermain bersama tim lokal di negara saya.

Memang pahit, tapi begitulah kiranya ketika dipaksa profesional demi sebuah gelar, kadang kita yang terbuang atau tersisihkan untuk diisi amunisi lebih segar dan berkualitas demi menjaga konsistensi klub. Kadang teringat wejangan dari sahabat kecil, "kita mati-matian memberikan yang terbaik, tapi mereka diam saja, dan ketika kita memberikan kritik malah dibuang."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun