Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Bahaya Menjadi Pemimpin Muslim

30 September 2013   07:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:12 303 0
Sebagai muslim tentu sangat menggembirakan apabila dikaruniai seorang pemimpin yang juga muslim. Karena seorang pemimpin muslim sejatinya adalah pengkhidmat bagi kaumnya. Seorang yang memperhatikan hak-hak orang yang dipimpinnya dan yang berusaha menegakkan keadilan. Permusuhannya pada pihak lain tetap akan membuatnya berbuat adil. Hidupnya hanya dibaktikan untuk memberikan hak-hak masyarakat umum, hak pribadinya dikesampingkan demi kepentingan orang banyak.

Sayangnya di jaman di mana materi demikian dipuja ini gambaran pemimpin muslim umum seperti itu sulit untuk ditemukan. Pemimpin muslim pun tak ubahnya seorang yang kosong dari ajaran islam. Senang merampas hak masyarakat umum, menumpuk kekayaan untuk pribadinya saja dan senang dikelilingi wanita-wanita cantik. Pihak yang dianggap sebagai lawan diperlakukan tidak adil. Tak ada rasa takut pada Allah. Negara-negara muslim yang nyata-nyata dipimpin oleh seorang muslim sebagian besarnya justru menggambarkan ketidakadilan dan penindasan terhadap minoritas. Di dalamnya pun berkembang sentimen agama yang mengarah pada perpecahan dan permusuhan. Pemerintahan berkuasa atasnama ketertiban, penegakkan hukum, keamanan dan peperangan melawan pemberontak justru menyeret warga negaranya untuk berkonflik. Konflik itu hampir selalu berakhir dengan benturan fisik yang merugikan kedua belah pihak baik rakyat awam maupun aparat pemerintah.

Rakyat yang dipimpin pun karena tidak memperoleh pencerahan melakukan tuntutan hak dengan cara yang tidak benar. Berteriak-teriak di jalan dengan pengerahan massa, merusak fasilitas umum, dan melakukan tindakan-tindakan melawan hukum. Tidak nampak adanya kesabaran dan kesetiaan kepada pemimpin.

Situasi seperti ini sebenarnya memperoleh perhatian serius dari nabi Muhammad s.a.w. Beliau nampak mengerti benar bahwa jika umatnya telah terpisah jauh darinya pasti akan mengalami dekadensi. Umat Islam akan terpecah ke dalam kelompok-kelompok dan berseteru satu sama lain, pemimpin akan merampas hak dan umat akan melawan dengan berbuat kerusuhan. Oleh karenanya beliau memberikan pedoman perilaku baik baik pemimpin maupun yang dipimpin ditengah situasi yang buruk.
Untuk menjadi pemimpin yang baik beliau s.a.w. memberi kabar suka:

(عَنْ أَبِي هُرَيْرَة عَنْ النَّبِيِّ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ (أولهم) الْإِمَامُ الْعَادِلُ. (البخاري، كتاب الأذان

"Bahwa pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan Allah, Dia akan memberikan naungan untuk tujuh orang pada hari itu dan yang pertama adalah imam yang adil".

وعَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ.
(الترمذي، أبواب الأحكام)

"Pada hari kiamat yang paling dicintai dan paling dekat dengan Allah adalah pemimpin adil dan yang paling dibenci dan paling jauh dari Allah adalah penguasa yang tidak adil".

Keadilan merupakan ukuran terbaik bagi seorang pemimpin muslim. Bahkan lebih jauh alqur'an menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan bagi siapa saja tidak terkecuali bagi mereka yang dimusuhi: "...dan janganlah kebencian suatu kaum mendorong kamu untuk bertindak tidak adil. Adilah karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa". Keadilan itu akan memberikan jaminan bagi pemimpin tersebut kelak di akhirat.

Adapun mengenai mereka yang gagal menjadi adil bahkan lalai dari tanggungjawab itu rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ketika seseorang yang diberi wewenang dan tanggung jawab atas orang oleh Allah, lalu lalai dalam menjalankan dan memenuhi kewajibannya hingga mati, Allah akan mengharamkan surga baginya" (Bukhari)
Lebih jauh lagi Rasulullah s.a.w. telah berdoa secara khusus bagi mereka yang memimpin:
"Ya Allah siapapun di antara umatku dijadikan pemimpin dalam suatu hal dan dia keras terhadap umat, Engkau perlakukan juga dia dengan keras dan siapa diantara umatku dijadikan pemimpin dalam suatu hal dan lembut kepada umat, Engkau perlakukan juga dia dengan lembut".
Doa ini secara terus menerus telah menampakkan kemakbulannya. Bagaimana Allah telah memperlakukan mereka yang memimpin dengan kasih sayang dan mereka yang memimpin dengan tiran. Bahkan di era kontemporer pun penggenapan doa ini menunjukkan kenyataan bagaimana mereka yang tiran memperoleh akhir yang hina karena perlakuan keras Allah melalui tangan masyarakat awam maupun cara lainnya. Dua sabda Rasulullah s.a.w. di atas seharusnya dihapal benar dan ditakuti oleh mereka yang memimpin.

Adapun bagi mereka yang dipimpin Rasulullah s.a.w. mewasiatkan tanggungjawab untuk menghindari perbuatan merusak ketentraman umum dan menguatkan kesabaran. Beliau bersabda:
"Setelahku orang-orang akan melihat bahwa hak-hak mereka dirampas dan orang lain diutamakan, selain itu orang-orang akan melihat hal-hal yang mereka akan anggap buruk". Beliau ditanya: "apa perintah engkau di waktu waktu seperti itu?" Beliau menjawab: "Pada waktu seperti itu hak-hak para penguasa harus dibayar dan hak yang dimiliki seseorang hendaknya diminta kepada Allah". (Bukhari)

Pemimpin yang digambarkan ini adalah kepemimpinan sekarang, yang keberatan memberikan hak-hak masyarakat dan hak itupun sangat mustahil untuk diminta. Apabila hak diminta, maka yang akan terjadi justru konflik dengan penguasa. Beliau s.a.w. mengerti benar kepemimpinan model seperti ini sehingga beliau tidak memberikan sedikitpun saran untuk meminta hak kepada penguasa karena itu amalan sia-sia saja. Allah adalah tiang utama bagi hak mereka di tengah situasi demikian. Lebih lanjut beliau menasihatkan:
"Dalam keadaan seperti itu dengarkan para penguasa dan taati dia. Mereka akan bertanggung jawab atas tanggung jawab apapun yang telah diberikan kepada mereka dan kalian akan bertanggung jawab untuk tanggung jawab apapun yang telah diberikan kepada kalian.” (Muslim)

Sumpah setia kepada pemimpin adalah kesetiaan dalam segala situasi oleh karenanya mengenai sumpah setia kepada seorang pemimpin. Rasulullah s.a.w. juga meminta orang berjanji setelah mereka Bai'at bahwa mereka akan mematuhi Bai'at dalam setiap situasi, dalam kebahagiaan dan kesedihan, dalam kesulitan dan kemudahan dan bahkan ketika hak-hak mereka dirampas. Beliau juga mengambil janji bahwa mereka tidak akan membantah seseorang yang dijadikan pemimpin kecuali ia secara terbuka melakukan tindakan kufur, yang mengenainya ada perintah yang jelas dari Allah.

Baik pemimpin maupun yang dipimpin keduanya memperoleh perhatian rasulullah s.a.w. Kini di tengah situasi sulit memperoleh hak-hak kita maka Allah lah tempat memperoleh hak. Turun ke jalan secara berkelompok baik damai maupun anarkistis, berteriak-teriak, merusak fasilitas umum tidak disarankan oleh islam. Tindakan ini hanya akan memperburuk keadaan. Demonstrasi masa meskipun dengan cara damai justru menyuburkan kebencian masyarakat kepada pemerintah dan membuat pemerintah tersinggung, demo anarkistis lebih lagi melahirkan bentrokan fisik dan kerugian materi maupun nyawa. Duduk di rumah sibuk dalam doa, sabar dengan sikap pemimpin yang tidak adil adalah cara terbaik yang memungkinkan ketentraman tercipta dan kebencian dua belah pihak tidak meluas. Jika sebagian masyarakat sibuk mendekatkan diri kepada Tuhannya dan berdoa meminta pemimpin adil tentu ini akan lebih baik. Mengganti seorang pemimpin aniaya dengan seorang pemimpin adil adalah perkara lebih mudah ketimbang mengganti jutaan rakyat aniaya dengan jutaan rakyat yang sabar.

Salam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun