Dalam masa jabatan di Pertamina yang terbilang singkat, hanya dari 28 November 2014 sd 3 Februari 2017 (2 tahun 2 bulan), serentetan prestasi yang membawa kemajuan Pertamina berhasil ditorehkan Dwi Soetjipto. Yaa.......Dwi mewarisi kondisi Pertamina yang sedang bermasalah, seperti turunnya harga minyak dunia dari kisaran US$ 100 per barrel menjadi US$ 40 perbarrel, ketergantungan kinerja Pertamina pada sektor hulu sehingga sektor hilir dan bisnis Pertamina yang mencakup banyak sektor usaha menjadi . menjadi “puyeng” yaitu kebutuhan dollar yang besar setiap bulannya, khususnya setiap akhir tahun. Bahkan agar Pertamina dan PLN tidak memburu dollar di pasar terbuka, Menteri Keuangan dimasa itu memerintahkan bank BUMN untuk memasok kebutuhan dollar kedua BUMN tersebut, jika tidak cukup sisanya mencari di pasar. Tentu saja diantara Pertamina dan PLN, kebutuhan dollar Pertamina jauh diatas PLN mengingat impor BBM yang rata-rata sebesar 600 ribu barrel per hari, jika harganya sekitar US$ 120 per barrel, maka dibutuhkan US$ 72.000.0000 per hari, atau per bulan butuh dollar US$ 2.160 milliar atau setara dengan Rp 20 triliun per bulan.
KEMBALI KE ARTIKEL