Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Mau Diremehkan Seperti Ini???

8 September 2011   05:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:09 378 1
Ada dua opsi tentang "yang diremehkan".
Pertama, karena memang remeh alias tidak berharga. Walaupun kriteria antara berharga dan tidak berharga, menurut saya bersifat relatif. Seperti halnya penting dan tidak penting, juga relatif. Karena dunia ini luas. Pemikiran juga luas dan bermacam-macam. Masing-masing sudut pandang wajar jika berbeda-beda dalam anggapan.
Kedua, aslinya tidak remeh, tapi diremehkan. Saya kira rata-rata orang yang minimal merasa berharga, tidak mau diremehkan. Bisa jadi itu juga menjadi pemasok utama munculnya narsis. Sebab memang ada yang pantas dinarsiskan. Minimal lagi, kepantasan yang diukur menurut diri sendiri.

Tapi lain dengan cerita berikut ini. Kisah bagaimana seseorang yang diremehkan, malahan mendapat berkah. Lumayaaan..... :)

Sebenarnya cerita ini cerita lama. Karena itu saya tidak searching dulu. Kawatir sudah ada, nanti tidak jadi di-posting. Dianggap repost, tidak apa-apa.

Cerita ini sudah jaman baheula. Entah ukuran baheula itu taun berapa, nggak jelas buat saya.
Ini tentang kisah petani tembakau di daerah Temanggung, Jawa Tengah.
Pada suatu hari setelah panen, petani tersebut mau membeli sepeda motor untuk anaknya. Kemudian beliau mendatangi sebuah dealer sepeda motor di kota.

Penampilan petani yang biasa di bawah terik terbakar matahari, ya secara umum begitulah. Bisa dibayangkan. Kumal, keliatan dekil, udik, mungkin juga penampilannya tidak ada gagah-gagahnya sama sekali. (Karena saya juga petani peternak, jadi bisa membayangkan)

Apalagi saat mendatangi dealer, Pak Petani cuma memakai celana hitam gombrong 3/4-an yang biasa dipakai kerja. Ditambah dengan memakai sarung yang digulung besar di bagian depan. Lengkap sudah untuk diremehkan. Oh iya, karena perawinya tidak jelas, standar harga sepeda motornya juga tidak jelas. Anggap saja harganya 10 juta.

Sesampai di dealer sepeda motor, petani tersebut bertemu dengan entah sales, supervisor, atau anggap saja pemilik. Terjadilah dialog yang kira-kira sebagai berikut:

Petani: "Pak, kulo ajeng mundhut montor." (Pak, saya mau beli sepeda motor)

Pemilik Dealer: "Walah Pak, yen mung sampeyan sing arep tuku, telung yuto tak wenehke." (Walah, Pak, jika hanya anda yang mau beli, tiga juta saya berikan). Dengan nada meremehkan.

Kebetulan di dealer sepeda motor tersebut sedang banyak orang. Sehingga banyak juga yang menjadi saksi.

Petani: "O nggih kulo purun telung yuto." (oya, saya mau harga tiga juga)

Petani itu kemudian membuka gulungan sarungnya. Ternyata penuh dengan uang, bahkan lebih dari 10 juta.

Cerita ini konon demikian melegenda. Hingga akhirnya Bapak Petani itu bisa membawa pulang sepeda motor cukup dengan 3 juta, padahal harga sebenarnya adalah 10 juta. Lumayaaaaan . . . !!

Ada yang ingin diremehkan seperti itu?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun