Adapun yang saya maksud dengan hukum Hamzah Mati disini ialah, sebelum kita mengucapkan huruf B atau D diawal sebuah kata atau suku kata tertentu dalam bahasa Bima, seolah-olah terdapat sebuah huruf Hamzah mati yang harus kita ucapkan terlebih dahulu.
Inilah beberapa contoh kata atau suku kata yang sama (hanya dibedakan dengan penambahan tanda apostrof sebelum huruf B atau D) dalam bahasa Bima yang memiliki arti yang berbeda dalam Bahasa Indonesia:
~ Moda (Bima) = Hilang (Indonesia)m
~ Mo'da (Bima) = Mudah/Gampang (Indonesia).
~ To'ba (Bima) = Lempar (Indonesia).
~ Toba (Bima = Sebuah istilah atau ungkapan yang diucapkan untuk menggambarkan perasaan sang pengucap, ketika merasa takjub terhadap sesuatu yang membuat kesal atau sebaliknya senang. Biasa diucapkan secara tunggal/tersendiri, atau bisa menjadi awal dari sebuah kalimat yang menggambarkan perasaan si pengucap saat itu).
Sedangkan untuk sebuah kosa kata tertentu (yang terdiri dari dua huruf atau lebih).
Misalnya, untuk kata tanya; 'Be? = Mana?.
Arah; 'Da = Utara, 'Do = Selatan, 'Di = Barat.
Kata Benda; Ta'be = Wajan.
Kata Kerja; 'Boe = Pukul, Ka'do = Mengguncang/Menggoyang
Kata sifat; 'Daju = Malas, dan lain sebagainya.
Selain dari keunikan dalam pengucapan beberapa huruf di atas, keunikan lain yang masih terkait dengan budaya berbahasa dalam masyarakat Bima juga terdapat pada logat/aksen masyarakat Bima.
Dari 150 desa dan 38 kelurahan yang tersebar di Kabupaten dan Kota Bima, hampir semuanya memiliki logat/aksen desa masing-masing yang berbeda antara satu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan yang lainnya. Meskipun desa/kelurahan itu berdekatan dan semua masyarakat menggunakan bahasa yang sama, yaitu Bahasa Bima.