Arahan nya sebenernya jelas dan fokus...
YIM tinggal implementasi konsep yg  harus ia jalani :
Pisau tersarung dalam senyum. Puji dan jilat musuh anda. Jadi...ketika anda mendapat kepercayaan darinya, anda bergerak menghancurkan nya secara rahasia.
Pohon plum berkorban untuk pohon persik. Mengorbankan perak untuk mempertahankan emas. Ada suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan suatu yg berharga untuk mendapatkan sesuatu yg lebih berharga.
Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok. Rencanakan sebuah jebakan dan perdaya musuh dengan umpan. Dalam politik perang, umpan adalah ilusi atas sebuah kesempatan untuk memperoleh hasil. Tapi dalam keseharian, umpan adalah ilusi atas kekayaan dan kekuasaan.
Nothing is impossible, sedikit kisi-kisi on point nya sebagai berikut :
YIM masuk ke dalam "barisan" petahana dari orang yg "paling lemah" secara politik di kubu petahana. Anda semua pasti tau siapa dia.
Sampai saat ini YIM masih menjadi pengacara HTI padahal PDIP, LP & MA selalu mendesak YIM utk mundur. Apalagi loyalis petahana sudah "muak" dgn YIM yang belum juga mundur.
PBB sampai saat ini blm mengarahkan panah kemana,  ini sejalan dengan Grand design awal untuk menjadi "pisau yg tersarung dalam senyum". Satu sisi mendukung, namun pada episode lain memberikan sinyal  tidak mendukung. Tujuan nya hanya untuk mengacaukan konsentrasi petahana. Tidak cukup hanya punya pisau "bermata dua" Jika tidak bisa mengacaukan mindset mereka. PBB bukan PKS atau PAN yg memang diplot sebagai oposisi tulen tanpa reserve. PBB dalam kapasitas ini YIM diplot menjadi "Pisau yang tersarung dalam senyum".
Baru saja case ABB 98% capai on target, kubu patahana "porak poranda" secara opini mindset mereka kacau balau, bahkan sekaliber wiranto pun merasa harus wajib turun.
Apalagi secara tekanan internasional. Elektabilitas petahana menukik tajam. Barat pastinya tidak akan "merestui" lagi.
Paling tidak 2 goal sudah dicetak dan sekarang sudah ada "ditangan" sejak YIM "bergabung" di sana. Â Saya dan anda tinggal menunggu goal berikutnya.
There are no friends and eternal opponents in politics